Gunung raung kembali menunjukan aktivitasnya. Kali ini Umat Hindu yang tinggal di kaki Gunung Raung tidak luput dari semburan abu vulkanik Gunung Raung.
Gunung Raung di Jawa Timur dinyatakan siaga. Terkait status tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau agar masyarakat di sekitar gunung Raung tetap tenang dan tidak perlu panik.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan pemerintah terus mengantisipasi peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Raung yang berada di tiga wilayah kabupaten, yakni Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember.
Sejumlah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, diguyur hujan abu vulkanik Gunung Raung, yang berketinggian 3.332 meter dari permukaan laut.
Hujan abu yang terparah berada di sekitar Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Raung di Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon.
Di Desa Sumber Arum Kec. Songgon terdapat 57 KK Umat
Hindu. Desa Sumberarum biasa dikenal dengan nama Desa Sragi, di desa ini umat
Hindu dan Umat islam hidup berdampingan dengan rukun. Umat Hindu di Desa Sragi
ini sebagian pendatang dari bali dan sebagian lagi adalah umat Hindu Jawa asli
daerah setempat.
Dikaki gung Raung terdapat banyak sekali peninggalan
bersejarah Maha rsi Markandya yang sempat bertapa dan mendirikan pasraman di
kaki Gunung Raung sebelum bertolak ke Bali untuk mendirikan Pura Besakih.
Data Pura terdapat di Kec. Songgon yang saat ini
terkena dampak abu vulkanik dari erupsi gunung raung.
Nama Pura
|
Pura
|
Alamat Pura
|
Kecamatan
|
Pengurus Pura
|
Pura Dewata Agung
|
Pura Dusun
|
Dsn. Sumberarum Pasar
|
Songgon
|
SAHRI
|
Desa Sumberarum
|
||||
Pura Dharma Yanti
|
Pura Dusun
|
Dsn. Sumberagung
|
Songgon
|
JUMADI
|
Desa Sumberbulu
|
||||
Pura Tirta Jati
|
Pura Dusun
|
Jl. Rowo Bayu Ds. Bayu
|
Songgon
|
SUPARBO
|
Pura Pucak Giri Raung
|
Pura Dusun
|
Dsn. Sumberasih
|
Songgon
|
KETUT SUWARKA
|
Ds. Sumberarum
|
Aktifitas warga masih berjalan seperti biasa
meskipun ditemani hujan abu disepanjang hari. Masyarakat masih berkebun seperti
biasa, dan anak-anak sekolah seperti biasa pula. Yang memprihatinkan warga Ds. Sragi
ini sama sekali belum pernah tersentuh bantuan dari pemerintah. Padahal umat
setempat sangat membutuhkan Masker, alat penutup kepala, kaca mata dan
obat-obatan.
Pembimas Hindu Jawa Timur Bpk. Ida Made Windya S.Ag mendapat
laporan mengenai kondisi umat yang terkena dampak erupsi gunung raung yang ada
di Desa Sragri Kec. Songgon Kab. Banyuwangi. Turun langsung untuk membawakan bantuan
berupa 500 masker, 50 obat tetes Mata dan 190kg beras.. Tanpa mengenal lelah
demi pengabdian kepada umatnya Bpk. Ida Made Windya S.Ag memilih menyetir
sendiri mobilnya dari Surabaya menuju Banyuwangi didampingi oleh salah seorang
staff yang kebetulan berasal dari Banyuwangi. Tiba dilokasi sekitar pukul 16.00
disambut oleh Pengawas Pendidikan Agama Hindu Kab. Banyuwangi Bpk. Sumardi Eko
Putro di Kec. Genteng. Sempat beristirahat sejenak sambil berbincang-bincang bersma
Pak Katijo dan Pak Mardi yang hendak mengantarkan Bpk. Pembimas ke lokasi. Tak lama
kemudian mengingat waktu sudah menunjukan pukul 16.30 rombongan langsung menuju
lokasi penyerahan bantuan di Pura Dewata Agung Ds. Sumberarum Kec. Songgon. Sesampainya
dilokasi Para tokoh setempat,pemangku dan beberapa ibu-ibu sudah menunggu
kedatangan kami. Kedatangan kami disambut dengan hangat. dilokasi
kami berbincang-bincang dengan warga mengenai kondisi dan aktifitas warga
selama erupsi gunung raung, ternyata warga setempat sama sekali belum tersentuh
bantuan dari pemerintah. Padahal hujan abu terus mengguyur kawasan tersebut. Kedatangan
kami membawakan Beras, Masker dan Obat mata disambut haru oleh para ibu-ibu
yang mengaku sangat membutuhkan bantuan tersebut. Mereka juga mengatakan sangat
membutuhkan penutup kepala dan kacamata serta obat-obatan karena aktivitas mereka yang masih berjalan seperti biasa di luar rumah sperti kesawah dan kesekolah. Semoga bantuan yang
Bpk. Pembimas bawakan mampu bermanfaat bagi warga ds. Sragi (Ds. Sumberarum Red.)
Sejarah
Letusan Gunung Raung
Adapun sejarah letusan Gunung Raung
seperti yang dihimpun redaksi berdasar data dari PPGA Raung di Desa Sumberarum,
Kecamatan Songgon, Gunung Raung meletus kali pertama tahun 1586.
Letusan pertama tercatat sebagai
letusan sangat dahsyat. Di saat itu semua wilayah disekitarnya rusak dan
menelan banyak korban jiwa.
Pada tahun 1597, atau sebelas tahun
kemudian, Gunung Raung yang artinya suara dentuman keras itu kemudian
beaktivitas lagi. Letusan kedua tak kalah hebatnya dengan letusan pertama.
Letusan dahsyat kembali mengguncang
pada tahun 1638. Banjir besar dan lahar menerjang di daerah antara Kali Setail
Kecamatan Sempu dan Kali Klatak Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi.
Namun letusan yang paling dahsyat
terjadi di tahun 1730. Tercatat erupsi eksplosif disertai dengan hujan abu
serta lahar. Bahkan wilayah terdampak erupsi meluas dibanding letusan pertama,
kedua dan ketiga. Korban jiwa pun berjatuhan lagi di saat itu.
Sejarah dashyat Gunung terbesar di
Pulau Jawa itu masih berlanjut. Diantara tahun 1800 hingga 1808 di waktu
pemerintah Residen Malleod (Hindia Belanda) terjadi letusan lagi. Namun tidak
sampai mengakibatkan korban jiwa.
Letusan demi letusan terjadi antara
tahun 1812 hingga 1814. Direntang empat tahun itu letusan disertai hujan abu
lebat dan suara bergemuruh. Setahun kemudian, di tahun 1815 antara 14 hingga 12
April terjadi hujan abu di Besuki, Situbondo dan Probolinggo.
Pada 44 tahun kemudian Gunung Raung
relatif tenang. Aktivitas vulkaniknya kembali meningkat pada tahun 1859.
Tanggal 6 Juli 1864 terdengar suara gemuruh dan di siang hari menjadi gelap.
Selanjutnya tahun 1881, 1885, 1890,
1896, terjadi aktivitas vulkanik meliputi suara gemuruh, hujan abu tipis di
kawasan Banyuwangi. Dan gempa bumi di kawasan Besuki, Situbondo. 16 Februari
1902 muncul kerucut pusat.
Di tahun 1913 antara bulan Mei
hingga Desember Gunung Raung kembeli bergemuruh, bahkan terjadi dentuman keras.
Hal yang sama terjadi tiga tahun berturut-turut. Yakni tahun 1915, 1916 dan
1917. Aliran lava di dalam kaldera terjadi tahun 1921 dan 1924.
Fenomena vulkanik kembali ditunjukan
gunung berbahaya ini tahun 1927. Letusan asap cendewan dan hujan abu sejauh 30
kilometer keluar dari puncaknya. Ditahun yang sama, tepatnya 2 Agustus-Oktober
terdengar luetusan dan materi abu vulkanik terlontar sejauh 500 meter.
Di tahun berikutnya, 1928 terlihat
celah merah di dasar kaldera dan mengeluarkan lava. Fenomena yang sama masih
terjadi di tahun 1929. Tahun 1933 hingga 1945 hanya terjadi peningkatan
aktivitas. Tidak tercatat adanya kejadian, hanya ada aliran lava di kaldera.
Gunung yang memiliki bibir kaldera
seluas 1.200 meter persegi ini kembali bangun dari tidurnya. 31 Januari hingga
18 Maret, puncak gunung semburkan asap membara dengan guguran. Tinggi awan
letusan mencapai 6 kilometer di atas puncak. Abunya menyebar hingga radius 200
meter.
Empat tahun kemudian, 13-19 Februari
1956 terjadi aktivitas Gunung Raung. Tercatat pula adanya tiang asap 12
kilometer. Tahun-tahun berikutnya hanya ada peningkatan aktivtas. Namun tahun
1986 letusan asap terjadi di bulan Januari hingga Maret.
Setelah sekian lama tidur panjang, aktivitas
vulkanik Gunung Raung kembali meningkat pada 17 Oktober 2012. Status dari
normal naik menjadi waspada selangh satu hari kemudian.
Tak berapa lama, tepatnya 22 Oktober
2012 statusnya kembali naik menjadi siaga. Sampai pada Juli 2015 ini Gunung Raung
menunjukkan aktivitasnya lagi hingga lima bandara sempat ditutup akibat dampak
abu vulkanik dari letusan Gunung Raung, Jawa Timur.
Bandar udara tersebut adalah Bandara
Internasional Lombok, Bandara Selaparang Lombok, Bandara Notohadinegoro Jember,
Bandara Blimbingsari Banyuwangi, dan Bandara Ngurah Rai Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar