KABUPATEN
NGANJUK
PROVINSI
JAWA TIMUR
Kabupaten Nganjuk adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia dengan ibukotanya di Nganjuk. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten
Bojonegoro di utara, Kabupaten Jombang di timur, Kabupaten Kediri dan Kabupaten
Ponorogo di selatan, serta Kabupaten Madiun di barat. Nganjuk juga dikenal dengan
julukan Kota Angin.
Kabupaten Nganjuk terletak antara 11105'
sampai dengan 112013' BT dan 7020' sampai dengan 7059' LS. Luas Kabupaten
Nganjuk adalah sekitar ± 122.433 Km2 atau 122.433 Ha yang terdiri dari atas:
·
Tanah
sawah 43.052.5 Ha
·
Tanah
kering 32.373.6 Ha
·
Tanah
hutan 47.007.0 Ha
Dengan wilayah yang terletak di dataran
rendah dan pegunungan, Kabupaten Nganjuk
memiliki kondisi dan struktur tanah yang cukup produktif untuk berbagai jenis tanaman, baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan sehingga sangat menunjang
pertumbuhan ekonomi dibidang pertanian. Kondisi dan struktur tanah yang produktif ini sekaligus ditunjang
adanya sungai Widas yang mengalir sepanjang
69,332 km dan mengairi daerah seluas 3.236 Ha, dan sungai Brantas yang mampu mengairi sawah seluas 12.705 Ha.
Jumlah curah hujan per bulan selama 2002 terbesar terjadi pada
bulan Januari yaitu 7.416 mm dengan
rata-rata 436 mm. Sedangkan terkecil terjadi pada bulan November dengan jumlah curah hujan 600 mm dengan rata-rata 50mm. Pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober tidak terjadi hujan sama sekali.
Nganjuk dahulunya bernama Anjuk Ladang yang dalam bahasa Jawa Kuna berarti Tanah Kemenangan. Dibangun
pada tahun 859 Caka atau 937 Masehi. [2]
Berdasarkan peta Jawa Tengah dan Jawa Timur pada permulaan tahun 1811 yang
terdapat dalam buku tulisan Peter Carey yang berjudul : ”Orang Jawa dan
masyarakat Cina (1755-1825)”, penerbit Pustaka Azet, Jakarta, 1986; diperoleh
gambaran yang agak jelas tentang daerah Nganjuk. Apabila dicermati peta tersebut
ternyata daerah Nganjuk terbagi dalam 4 daerah yaitu Berbek, Godean, Nganjuk dan Kertosono merupakan daerah yang dikuasai Belanda dan kasultanan Yogyakarta, sedangkan daerah Nganjuk merupakan mancanegara kasunanan Surakarta. Sejak adanya Perjanjian Sepreh 1830, atau tepatnya tanggal 4 juli 1830, maka semua
kabupaten di Nganjuk (Berbek, Kertosono dan Nganjuk ) tunduk dibawah kekuasaan dan
pengawasan Nederlandsch Gouverment. Alur sejarah Kabupaten Nganjuk
adalah berangkat dari keberadaan kabupaten Berbek dibawah kepemimpinan Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo 1. Dimana tahun 1880 adalah tahun suatu
kejadian yang diperingati yaitu mulainya kedudukan ibukota Kabupaten Berbek pindah ke Kabupaten Nganjuk.
Dalam Statsblad van Nederlansch Indie No.107, dikeluarkan
tanggal 4 Juni 1885, memuat SK Gubernur Jendral dari Nederlandsch Indie tanggal
30 Mei 1885 No 4/C tentang batas-batas Ibukota Toeloeng Ahoeng, Trenggalek, Ngandjoek dan Kertosono, antara lain disebutkan: III tot
hoafdplaats Ngandjoek, afdeling Berbek, de navalgende Wijken en kampongs :
de Chineeshe Wijk de kampong Mangoendikaran de kampong Pajaman de kampong
Kaoeman. Dengan ditetapkannya Kota Nganjuk yang meliputi kampung dan desa
tersebut di atas menjadi ibukota Kabupaten Nganjuk, maka
secara resmi pusat pemerintahan Kabupaten Berbek berkedudukan di Nganjuk.
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk di
Kabupaten Nganjuk sebanyak 1.017.030 dengan kurang lebih 36% penduduk tinggal
di perkotaan, dan sisanya 64% tinggal di pedesaan
Mayoritas penduduk di Kabupaten Nganjuk
memeluk agama Islam dengan jumlah hampir 99%, dan sisanya menganut agama Kristen, Hindu, Budha, Khonghucu.
1.
Bagor
2.
Baron
3.
Berbek
4.
Gondang
5.
Jatikalen
6.
Kertosono
7.
Lengkong
8.
Loceret
9.
Nganjuk
10.
Ngetos
11.
Ngluyu
12.
Ngronggot
13.
Pace
14.
Patianrowo
15.
Prambon
16.
Rejoso
17.
Sawahan
18.
Sukomoro
19.
Tanjunganom
20.
Wilangan
Keberadaan umat Hindu di Kabupaten Nganjuk
berada Di ke Kecamatan Loceret Ds. Bajulan.
Berikut ini Data Umat Hindu yang berada di
Kabupaten Nganjuk.
UMAT
Di Ds. Bajulan Kec. Loceret Kab. Nganjuk
terdapat 94 KK dengan 294 Jiwa yang
merupakan penduduk asli Nganjuk yang ber Agama Hindu. Dan di Kec. Tanjung anom
terdapat 5 KK dengan 21 Jiwa yang mayoritas adalah pendatang.
Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis sebagai tempat
sembahyang orang yang beragama hindu dan juga salah satu dari tempat wisata
yang ada di kota nganjuk .pura ini terletak di kaki gunung wilis
tepatnya Dusun Curik Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Nganjuk, Jawa Timur.
Pemeluk agama hindu di dusun ini sudah ada sejak dulu, mereka merupakan
sisa-sisa dari jaman kerajaan Kediri pada masa pemerintahan Prabu
Airlangga. Ada 94 kepala keluarga di Dusun Curik, yang terdiri dari
294 jiwa, menjadi pemeluk agama Hindu. Mereka hidup rukun berdampingan dengan
pemeluk agama lain yang bertempat tinggal di dusun-dusun sekitarnya.
Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis merupakan Pura Penyawangan
dari Candi Sapto Argo yang berada di puncak Gunung Wilis yang
merupakan pemujaan Dewa Wisnu, Dewi Sri dan leluhurnya. Umat
Hindu di Desa Bajulan setahun sekali naik ke puncak Gunung Wilis untuk
melakukan bersih-bersih dan merawat Candi Sapto Argo sekaligus bersembahyang.
Di sekitar Candi Sapto Argo terdapat situs-situs, sedangkan arca Dewa Wisnu dan
Dewi Sri yang ada di Candi Sapto Argo telah hilang dicuri. Sesepuh-sesepuh umat
Hindu yang ada di Desa Bajulan meyakini bahwa di sekitar Candi Sapto Argo
terdapat lima prasasti dan yang telah ditemukan hanya tiga prasasti. Ketiga
prasasti tersebut dipahat pada batu-batu yang besar yang hingga kini belum ada
penelitian yang dilakukan di Gunung Wilis. Sementara itu, umat Hindu di Desa
Bajulan juga tidak bisa membaca isi dari prasasti tersebut karena ketiga
prasasti tersebut ditulis dengan simbol-simbol seperti lingkaran, tanda silang,
jalan, air terjun dan lain-lain. Posisi ketiga prasasti itu berada pada tiga
titik yang membentuk-bentuk segi tiga, yang berada pada lereng sebelah timur,
pada lereng bagian. tengah dan pada lereng sebelah barat dari Candi Sapto Argo.
Di lereng-lereng Gunung Wilis terdapat tempat-tempat pertapaan, terutama di
lereng Gunung Wilis bagian tengah terdapat gua besar sebagai tempat bersamadhi.
Lokasi Sapto Argo terdiri dari lima Mandala dan Candi Sapto Argo berada di
tengah-tengah Mandala tersebut. Para sesepuh umat Hindu di sekitar Gunung Wilis
tidak mengetahui secara pasti kapan berdirinya Candi Sapto Argo tersebut.
Tetapi umat Hindu disana menemukan pajenengan di areal Candi Sapto Argo berupa
Genta berhulu Triwikrama, Lonceng berhulu Narasingha, dan Pasepan di
sekelilingnya berukiran empat dewa-dewa yang semuanya disimpan dan dirawat
sebagai Pajenengan di Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis.
PEMANGKU
NO.
|
NAMA
PEMANGKU/PINANDITA
|
ALAMAT TUGAS
|
1
|
Damri
|
Pura
Keta Bhuana Giri Wilis
|
2
|
Suraji
|
Pura
Keta Bhuana Giri Wilis
|
3
|
Gunawan
|
Pura
Keta Bhuana Giri Wilis
|
4
|
Jumadi
|
Pura
Keta Bhuana Giri Wilis
|
5
|
Darminto
|
Pura
Keta Bhuana Giri Wilis
|
YAYASAN
No.
|
Nama yayasan
|
Akte Pendirian
|
Alamat
|
Thn Berdiri
|
Thn Diresmikan
|
1
|
Yayasan Dharma Bhakti
|
07 (Tuju)
|
Dk. Curik, Dsn. Semanding, Ds. Bajulan,
Kec. Loceret Kab. Nganjuk
|
1997
|
28 Oktober 1998
|
DOKUMENTASI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar