Ri hěněng ikanang amběk tibrālit mahěning
ahö/
Lěngit atisaya sunya jñana naśraya ya
wěkasan/
Swayéng umiběki tan ring rat mwang déha
tuduhana/
Ri pangawakira sanghyang tattwadhyatmika
katěmu// (Nirartaprakerta)
(Ketika hati telah heneng, hening, halus
dan cemerlang/ kemudian menyusup ke alam sunya, alam yang sempurna/ fikiran
lalu bagaikan telah meliputi seluruh alam namun tidak diketahui dari mana
datangnya/ orang yang telah mencapai tingkat itu adalah orang yang telah
menemui hakikat kerohanian yang tertinggi).
Hari raya nyepi datang setahun sekali,
yaitu pada Pananggal 1 Sasih Waiśaka sehari setelah Tilem Caitra.
Hari ini dijadikan sebagai “Tahun Baru Śaka” ditandai dengan pelaksanaan “Brata
Penyepian”. Dengan demikian hari raya Nyepi tidak sekedar pergantian Tahun
Śaka, tetapi benar-benar dilandasi oleh nilai-spiritual. Wawasan kesemestaan
dengan melihat posisi Surya dan Candra, renungan tentang ruang
dan waktu sebagaimana tertuang dalam pelaksanaan bhuta yajña
(persembahan kepada Bhuta dan Kala, pelaksanaan ajaran yoga
dengan melaksanakan yama dan niyama brata membangun visi
dan spirit untuk menghadapi masa datang. Terlebih lagi sepi atau sunya
adalah sebuah kata kunci dalam ajaran agama Hindu yang mengandung makna
kesempurnaan (purna).
Oleh karena itu Nyepi senantiasa
menyajikan bahan renungan kepada kita, lebih lanjut mendorong kita untuk lebih
mendalami ajaran agama Hindu.