Saksi Bangkitnya Umat Hindu di Tanah Jawa
Pura yang terletak di tepi pantai yang disebut Pulo Merah, Desa Tawang
Alun, Pesanggaran, merupakan saksi bangkitnya umat Hindu di tahan Jawa.
Pada dasarnya kebesaran Pura Tawang Alun yang didirikan secara phisik
tahun 1980, hanya berupa sebuah palinggih Padmasana yang tidak begitu
megah. Tetapi luasnya boleh dikatakan cukup memadai. Keberadaan Pura
Tawang Alun yang letaknya sangat dekat dengan pantai ini pernah mendapat
cobaan secara sekala niskala. Pasalnya tahun 1993 ketika lautan Samudra
Selatan memuntahkan lidah ombaknya yang ganas dan memporak-porandakan
desa sekitarnya, bangunan Padmasana ini justru masih tetap berdiri
kokoh. Seperti tidak tersentuh oleh apa pun. Terjangan Tsunami yang
mahadasyat itu tidak mampu merobohkan bangunan saci tersebut. Ini sebuah
muzisat yang tidak terpikirkan oleh manusia.
Saat peristiwa itu, muntahan ombak yang mahadasyat itu seolah-olah
memberikan peringatan alam yang dengan kalapnya menerjang isi alam yang
ada di sekitarnya. Tak pelak perkampungan yang ada di dekat Pura Tawang
Alun seketika hancur lebur dan menghanyutkan puluhan rumah krama yang
tinggal di dekat pura. Ini merupakan musibah yang paling mengerikan
sepanjang sejarah kehidupan manusia di daerah ini. Demikian dikatakan
Jro Mangku Midi seorang pengayah yang selalu tenang menghadapi godaan.
Kengerian petaka itu bukan sebatas materi saja, tapi lebih dari itu,
banyak nyawa manusia bergelimpangan, begitu juga rumah, hewan, serta
semua tanaman yang ada di wilayah ini amblas dihantam gelombang Tsunami.
Tidak itu saja, lebih kurang lebih 200 orang menjadi santapan Ratu
Lautan Selatan yang di Jawa disebut dengan gelar Nyi Roro Kidul yang ada
di pesisir laut. Kejadian alam itu memang sudah berlalu tepatnya
tanggal 3 Juni 1993, tapi kenangan pahit itu bagi Mangku Midi Kertiasa
tidak pernah terlupakan sepanjang hidupnya, bahkan ketika ditanyakan
masalah musibah, Mangku Midi merasa tidak bisa mengatakan dengan
sebenarnya. "Sulit saya bayangkan kejadian yang sangat mendadak dan
secara kilat itu, kejadian begitu cepat dan tidak lama," katanya seraya
mengenang masa lalunya dan satu-satunya Mangku Midi yang selamat dari
terjangan ombak Tsunami yang amat ganas itu. Ada pada di balik gempuran
Tsunami yang ganas itu dan bagaimana dengan keberadaan pura yang sangat
dekat dengan pantai Pulo Merah itu?
Ternyata keunikan itu ada pada pura yang sangat dikeramatkan oleh orang
Hindu Pesanggaran. Unik bin ajaib bagian tembok penyengker pura ini
hancur berantakan, tapi bagian yang sangat penting, luput dari kejaran
amukan ombak yang marah mengejar mangsanya. Palinggih Padmasana
satu-satu yang dibikin oleh seorang Dalang bernama Subari tidak pernah
digoyahkan oleh terjangan tsunami sedikitpun.
Padmasana ini tidak dirobohkan oleh air yang tingginya mencapai 10 meter
itu, katanya mengenang. "Bahkan pisang yang ada di timur atau belakang
Padmasana tidak ikut bersama kematian penduduk atau tumbuhan lain yang
ikut lenyap ke laut Selatan. Saya tidak mengerti mengapa bisa begitu dan
siapa yang melindungi palinggih utama itu, saya tidak tahu dan tidak
masuk diakal," sambungnya kepada repoter Raditya. Mangku Midi hanya
yakin dengan kebesaran Hyang Widi, keberadaan Pura di Tawang Alun, Desa
Pancer mendapat restu dari yang di atas.
Sekarang Padmasana yang menghadap ke barat ini masih berdiri tegar,
sekali-sekali dihempas oleh angin yang cukup kencang, tapi Padmasana ini
tetap berdiri tegar dan sampai sekarang tetap sebagai sarana untuk
mendekatkan diri ke hadapan-Nya. Menariknya bangunan perkampungan yang
seolah-olah tidak peduli dengan keberadaan pura, karena memang beda
keyakinan, satu pun tidak ada yang tersisa, semuanya menyatu dengan
lautan yang mahaluas.
Umat Hindu Tanah Majapahit Semakin Bangkit
Kemarahan alam yang diwujudkan dengan ledakan gelombang tsunami setinggi
10 meter itu, nyaris membuat kehidupan sekitar Pura Tawang Alun punah.
Sekitar pura yang tadinya dipenuhi dengan rumah-rumah penduduk, dalam
sekejap berubah menjadi sebuah hamparan luas, seperti lapangan ladang
kosong. Kini hamparan itu sudah ditumbuhi pohon kelapa, kemudian di
sebelah Selatan bertengger Gunung Tumpang Pitu, gunung ini disebut-sebut
memiliki misteri tersendiri yang ditakuti penduduk sekitarnya.
Di kejauhan hanya tampak pura yang berdiri anggun dan kokoh kemudian
alamnya diwarnai dengan canda ombak yang banyak ditingkahi lambaian daun
nyiur yang romantis. Sekitar 400 meter terlihat ada sejumlah rumah
penduduk yang sederhana. Menurut Midi, walaupun pura ini ada di Desa
Pancer, tapi panyungsungnya tinggal jauh dari pura. Hanya Mangku Midi
yang ada dekat pura karena tugasnya sebagai pelayan umat. Walaupun
begitu, setiap ada rarahinan, pura ini tidak pernah sepi, justru
sebaliknya pura ini selalu dipadati umat Hindu dari daerah Banyuwangi
dan sekitarnya. Seperti diungkapkan Mangku Midi, selamatnya pura ini
dari terjangan badai Tsunami telah membuat umat Hindu menjadi semakin
yakin dengan kekuatan magis yang ada di dalam pura. Kondisi ini juga
menumbuhkan keyakinan yang semakin membesar di kalangan umat. Sejumlah
umat Hindu di Banyuwangi yang sempat berbincang-bincang dengan Reporter
Raditya menilai keberadaan pura ini banyak memberi anugrah kepada umat
sekitarnya. Pasalnya pura ini memiliki pemandangan yang luar biasa,
mirip seperti Pura Pulaki yang ada di Bali. Hanya lantaran kondisi
ekonomi krama Hindu setempat belum memadai, membuat pura ini menjadi
tidak terurus. Mangku Midi saat ditanya, kapan umat Hindu pedek tangkil
ke pura, dengan enteng Jro Mangku mengatakan, yang paling banyak, umat
sering tangkil pada saat purnama tilem.Umat
Hindu yang ada di Pesanggaran sampai saat ini jumlahnya sekitar 8.000
orang, dan mereka sangat rajin tangkil ke pura, ini menunjukkan srada
umat Hindu di sini semakin kuat. Segala kegiatan yang menyangkut agama
lebih sering dilakukan di Pura Tawang Alun, di samping cukup luas juga
memiliki suasna yang sangat nyaman untuk kegiatan agama. Perhatian umat
untuk membenahi atau melengkapi fhisik pura yang kurang lengkap, kini
masih dipikirkan, bahkan sedang digarap untuk pemelesteran di bagian
utama dan bagian luar pura. Tapi sarana pemedek dan bale kulkul kini
sudah dimiliki dan baru saja dilakukan upacara pemelapasan.
Dengan selamatnya Padmasana yang terdapat di Pura Tawang Alun,
memberikan semangat kepada umat Hindu untuk selalu bangkit dan percaya
dengan Hindu.
Om svasty astu, tyang pande pak dari bali, Terima kasih informasinya pak, semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk umat sedharma
BalasHapusOm swastyastu pak tyang pande dari bali, terima kasih informasinya semoga bermanfaat untuk umat sedharma
BalasHapus