Sabtu, 26 November 2016

Ciptakan TK Hindu Ramah Anak



  



“Apa yang dikatakan Ki Hajar Dewantara, sekolah merupakan taman yang menyenangkan. Anak-anak datang ke taman dengan senang hati, meninggalkan taman dengan senang hati”

(Bimas Hindu Jatim) - Mengutip pernyataan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies Baswedan, Suhartatik mengajak seluruh masyarakat untuk menciptakan pendidikan anak usia dini (tk) yang ramah anak.
“Adanya pencegahan kekerasan terhadap anak di sekolah merupakan salah satu bentuk sistem perlindungan anak serta menjadi bagian penting dari indikator Kota atau Kabupaten Layak Anak,” kata Suhartutik ketika memberikan materi dalam hari kedua dan ketiga Orientasi Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Pada Lembaga Taman Kanak-Kanak Hindu Tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Bimas Hindu Kemenag Jatim di Regent Park Hotel, Jumat (25 - 26/11/2016).
Suhartutik dalam materinya ‘Pendidikan Anak Usia Dini (TK) yang Ramah Anak’ menambahkan pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, salah satunya sekolah ramah anak.
Anak-anak juga seharusnya diberikan kesempatan untuk berkreatifitas. Misalnya diberikan untuk menentukan pilihan bermain dengan alat permainan yang dipilih untuk anak PAUD.
Hal senada juga disampaikan oleh Muhriyadi dalam materinya ‘Pengembangan Saintifik’. Dalam model pembelajaran saintifik, anak akan memperhatikan, meneliti, mencoba, dan bertanya. “Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif dapat mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan,” ungkap Muhriyadi.
Selanjutnya ada Masruchah dalam materinya ‘Kurikulum dan Program Pembelajaran di TK’. Ia mengatakan dalam membangun TK ramah anak, diperlukan beberapa aspek yang disusun dalam tema program semester.
“Tiga aspek yang dibutuhkan antara lain sikap religius dan sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan,” ungkap Masruchah. Aspek pertama meliputi sikap beragama, perilaku hidup sehat, rasa ingin tahu, kreatif, percaya diri, disiplin, mandiri, peduli, mampu bekerja sama, mampu beradaptasi, jujur dan santun.
Aspek kedua meliputi pengetahuan tentang diri, keluarga, teman, guru, lingkungan sekitar, teknologi, seni dan budaya, serta prosedur kerja. Aspek ketiga meliputi kemampuan berpikir, berkomunikasi, mengatasi masalah, bertindak produktif dan kreatif melalui bahasa, musik, karya dan gerakan sederhana.
Pemateri terakhir, Djoko Purnomo menegaskan bahwa penilaian merupakan proses mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, terukur, berkelanjutan, menyeluruh tentang tumbuh kembang yang telah dicapai peserta didik selama kurun waktu tertentu.
“Adapun tahap penilaian mencakup observasi, pencatatan, pengolahan hasil belajar, pengarsipan dan pelaporan,” tegas Djoko Purnomo dalam materi ‘Penilaian dan Pelaporan Tumbu Kembang Anak Usia Dini’. *Titah






Kamis, 24 November 2016

Gunakan Metode Berbeda, Ajarkan Anak Berpikir Produktif



(Bimas Hindu Jatim) - Menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dibutuhkan persiapan yang matang sejak dini. Salah satunya melalui pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Hindu. Peranan pendidikan penting dalam membangun kebersamaan dan membentuk rasa toleransi.
Hal tersebut diungkapkan  oleh Kakanwil Kementerian Agama Jawa Timur, Mahfudh Shodar ketika memberikan sambutan dalam Orientasi Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Pada Lembaga Taman Kanak-Kanak Hindu Tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Bimas Hindu Kemenag Jatim .
“Guru TK Hindu nantinya akan memberikan dasar dan pondasi yang baik kepada anak-anak sehingga di masa mendatang mereka akan muncul menjadi generasi emas yang berkualitas serta mampu bersaing di zamannya,” tegas Mahfudh Shodar ketika memberikan sambutan di Regent Park Hotel, Malang, Jawa Timur, Kamis (24/11/2016).
Selain itu, guru TK wajib menggunakan metode yang berbeda dalam mengajar anak-anak. “Anak-anak kita tantangannya semakin berat, guru harus punya metodelogi yang menarik yang disesuaikan dengan zaman sekarang,” ungkap Mahfudh Shodar.
Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur, Ida Made Windya, M.Ag mengatakan sebagai guru TK /PAUD Hindu hendaknya mampu menanamkan nilai nilai agama sejak dini sehingga tumbuh menjadi anak yang suputra sadhu gunawan. Dalam setiap pembelajaran perlu juga mengetahui tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
“Ada empat tahap pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu: perkembanfan intelektual, perkembangan fisik, perkembangan sosial emosional, dan perkembangan kemampuan anak dalam berkomunikasi untuk mengekspresikan keinginannya,” kata Ida Made Windya ketika memberikan materi "Menanamkan Nilai-Nilai Agama dalam Pembelajaran pada Usia Dini".
Adapun perkembangan tahap pertama seperti kemampuan berbicara dapat dilatih dengan melafalkan doa sederhana, seperti panganjali, japa, kemampuan mengenal aksara suci, kemampuan mengingat nama hari suci dan kemampuan logika seperti membedakan gambar dewa.
Selanjutnya pada tahap kedua seperti mengenal sikap sembahyang, memiliki sikap ramah, penuh syukur, welas asih dan selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Perkembangan tahap ketiga misalnya disiplin sembahyang, menghargai orang lain, sabar, tidak lekas marah, dan mengenal simbol-simbol Hindu.
Lalu untuk tahap keempat antara lain menyanyikan lagu anak anak dengan syair keagamaan, mampu memimpin doa di depan teman temannya, melafalkan mantram Gayatri dan melafalkan doa sehari hari, serta mampu menceritakan gambar tempat suci dan para dewa-dewi.
Sementara itu dalam sesi tanya jawab, peserta asal Banyuwangi, Sutikno mengusulkan agar ke depan materi pembelajaran di Pratama Widya Pasraman (TK) terus diperbaharui. Salah satunya dengan komik ataupun  film kartun mengenai dewa-dewi Hindu sehingga anak-anak bisa lebih semangat mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan Rini asal kota Batu, Malang, menyarankan agar nantinya ada aplikasi android sederhana pembelajaran agama Hindu khusus anak-anak TK dan PAUD mengingat kini banyak anak yang sudah mengenal gadget. *Titah

Minggu, 13 November 2016

Dirjen Bimas Hindu: Bantuan Pasraman Minimal 500 Juta



(Bimas Hindu Jatim) - Agama Hindu merupakan agama praktek yang bermetode, memiliki banyak pilihan, serta semuanya membawa pembebasan. Melalui praktek agama, orang akan mengerti rasa Ketuhanan sekaligus akan menambah wawasan dan pengalaman.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dirjen Bimas Hindu, Prof. I Ketut Widnya, Ph.D dalam Simakrama umat Hindu di Balai Desa Ngadiwono, Pasuruan, Jawa Timur. Ia mengungkapkan agama Hindu merupakan agama yang kuat namun rentan konflik internal. “Agama Hindu tidak bisa dihancurkan dari luar, justru sebaliknya agama Hindu bisa hancur dari faktor dalam,” ungkap Ketut Widnya, Sabtu (12/11/2016).
Selain itu, Ketut Widnya berjanji nantinya akan memberikan bantuan pasraman minimal 500 juta. Selain itu, ia juga berjanji akan memberikan bantuan gamelan. Bahkan salah satu anggota Komisi 8, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Imam Haromain berharap agar keberadaan Pura di Jawa Timur diperhatikan.
Beberapa persoalan yang sering dihadapi oleh umat Hindu antara lain malas dan tidak rukun. Ketut Widnya menambahkan hendaknya Kementerian Agama, khususnya umat Hindu mengutamakan kerukunan. Beberapa konsep wajib dilaksanakan, antara lain konsep Ksamawan atau kesabaran sekaligus memaafkan, dan Wasudewa Kutumbakam atau kita semua bersaudara.
Widnya berharap agar umat Hindu bisa menjaga hubungan internal umat beragama, antar umat beragama, dan dengan pemerintah. “Jangan sampai kehilangan tongkat kedua kali, dan jangan sampai kesalahan seperti konflik umat terdahulu terulang kembali,” pungkas Widnya.