Minggu, 31 Juli 2016

Menteri Agama: Jampasnas Wadah Peningkatan Prestasi Anak Muda Hindu








Sleman (Bimas Hindu Jawa Timur) - Kontingen Provinsi Jawa Timur, Putu Althea Putri W berhasil meraih juara harapan II Lomba Puisi Keagamaan Hindu pada rangkaian Jambore Pasraman Nasional (Jampasnas) ke-4 di hotel Sheraton Mustika, Jumat (29/7/2016). Putu Althea senang bisa berpartisipasi dalam Jambore Pasraman tahun ini.

“Walaupun dapat juara harapan II, saya sangat bersyukur. Juara memang penting, tapi yang lebih utama bisa bertemu dengan teman-teman Hindu dari seluruh Indonesia,” kata Putu Althea.

Pembimas Hindu Jawa Timur, Ida Made Windya mengungkapkan selain meningkatkan sradha, bhakti, sekaligus memiliki etika yang baik, Jampasnas juga sebagai ajang bersosialisasi sekaligus mengembangkan potensi-potensi anak-anak pasraman seperti musikalitas, kinestetik ataupun intra dan antarpribadi peserta didik,” ungkap Made Windya.

Lomba Yoga Asanas Putri diwakili oleh Nararatih Widya Ratna, Sheni Hinda Wati, Rega Regi Fernanda Wahyunigsih. Lomba Pelafalan Doa Sehari-hari diwakili oleh Else Putri Ayu Prameswari. Lomba Yoga Asanas Putra diwakili oleh Chayono, Bogi Satrio Utomo, Yoga Wiyana. Lomba Cipta Lagu Kreasi Keagamaan Hindu diwakili oleh Marga Tri Santika, Ninik Gustin Lestari. Lomba Bercerita Keagamaan Hindu diwakili oleh Anak Agung Ayu Indah Wati Britania Yuliani.

Lomba Tri Sandya diwakili oleh Ni Wayan Melva Vemtira Kanya Navaratri dan Astu Devi Supriyatni, Lomba Kramaning lembah diwakili oleh Ni Putu Anjelina Rika Savitri dan Ni Komang Brahma Cintya Dewi. Adapun official Jampasnas Kontingen Jawa Timur antara lain I Dewa Ayu Putri, Kudari, dan Jariyanto.

Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin resmi menutup rangkaian Jambore Pasraman Nasional (Jampasnas) ke-4 di hotel Sheraton Mustika. Ia berharap, pendalaman ajaran agama Hindu dan hidup dalam keragaman tetap terus berjalan meski Jampasnas telah berakhir.

“Semoga Jambore Pasraman Nasional ke-4 mampu memupuk rasa nasionalisme dan patriotisme bagi generasi mendatang. Saya melihat keanekaragaman yang luar biasa, ini merupakan wadah peningkatan prestasi anak muda Hindu di kancah internasional, bukan sekedar soal menang dan kalah,” tegas Lukman Hakim Saifuddin.

Ketua Panitia Jambore Pasraman Nasional, Ida Bagus Gede Subawa, mengatakan pihaknya mengajak seluruh pihak untuk menggalang komitmen dan menyatukan langkah dalam mengelola nilai-nilai ajaran agama.

Bali berhasil menjadi Juara Umum Jambore Pasraman Nasional ke-4. Berikut hasil keputusan Juri tentang juara Jambore Pasraman Nasional IV 2016.

Lomba Puja Tri Sandya
Juara I : Bali
Juara II : DKI Jakarta
Juara III : Papua
Juara Harapan I : Nusa Tenggara Barat
Juara Harapan II : Sulawesi Tenggara
Juara Harapan III : Sulawesi Selatan

Lomba Kramaning Sembah
Juara I : Sulawesi Utara
Juara II : Bali
Juara III : Kalimantan Barat
Juara Harapan I
Juara Harapan II
Juara Harapan III

Lomba Doa sehari-hari
Juara I : Bali
Juara II : Nusa Tenggara Barat
Juara III : Jawa Tengah
Juara Harapan I
Juara Harapan II
Juara Harapan III

Lomba Cipta Lagu Keagamaan
Juara I : Yogyakarta
Juara II : Bali
Juara III : Jateng
Juara Harapan I : Nusa Tenggara Barat
Juara Harapan II : Sulawesi tengah
Juara Harapan III : Kalimantan tengah

Lomba Cipta Puisi Keagamaan
Juara I : Bali
Juara II : Kalteng
Juara III : Yogyakarta
Juara Harapan I : Nusa Tenggara Barat
Juara Harapan II : Jawa Timur
Juara Harapan III : Sulawesi Selatan

Lomba Bercerita Keagamaan
Juara I : Bali
Juara II : NTB
Juara III : Jawa Barat
Juara Harapan I : Jawa Tengah
Juara Harapan II : DKI Jakarta
Juara Harapan III : NTT

Lomba Yoga Asanas Putra
Juara I : Bali
Juara II : Nusa Tenggara Barat
Juara III : Papua
Juara Harapan I : Sulawesi Tengah
Juara Harapan II : Kepulauan Riau
Juara Harapan III : Sulawesi Selatan

Lomba Yoga Asanas Putri
Juara I : Bali
Juara II : Banten
Juara III : Yogyakarta
Juara Harapan I : Nusa Tenggara Timur
Juara Harapan II : Jawa Barat
Juara Harapan III : Papua

Juara Umum : Bali

*Titah

Selasa, 26 Juli 2016

Jambore Pasraman untuk Generasi Hindu Emas













Sleman (Bimas Hindu Jawa Timur) - Jambore Pasraman Tingkat Nasional IV Tahun 2016 secara resmi dibuka oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, H. Nur Syam, mewakili Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin.

H. Nur Syam mengatakan kegiatan Jambore Pasraman yang berkelanjutan nantinya akan melahirkan generasi Hindu ‘emas’ pada tahun 2045. “Jambore Pasraman merupakan wahana bagi generasi muda Hindu untuk memupuk rasa cinta tanah air sekaligus membangun kebhinekaan nusa dan bangsa. Saya yakin generasi muda Hindu bisa menjadi generasi emas pada100 tahun bangsa Indonesia,” kata H. Nur Syam di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta, Selasa (27/07/2016)..

Kegiatan yang diselenggarakan dua tahun sekali ini diikuti oleh 471 orang serta 96 official dari 32 provinsi di Indonesia. Masing-masing provinsi mengirimkan 15 orang, kecuali Nanggroe Aceh Darusalam yang hanya mengirimkan lima peserta. Para peserta terbagi atas 3 kelompok, yakni tingkat SD, tingkat SMP dan tingkat SMA/K.

Adapun jenis lomba yang diselenggarakan antara lain lomba Mantra Tri Sandhya, lomba Kramaning Sembah, lomba Yoga Asanas, lomba Cipta Lagu Kreasi Keagamaan Hindu, lomba Puisi Keagamaan Hindu, lomba Pantun Keagamaan Hindu, Pelafalan Doa Sehari-hari dan lomba Outbound dan juga kegiatan Pendalaman atau Pembinaan serta Sarasehan.

Ketua Panitia Jambore Pasraman, IB Gede Subawa, mengungkapkan tahun ini  Jambore Pasraman Nasional mengambil tema ‘Jambore Pasraman Nasional sebagai Wahana Meningkatkan Patriotisme Bangsa, Kerukunan dan Pengalaman Ajaran Agama’.

“Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan sraddha (keyakinan) dan bhakti (berbakti) peserta didik, meningkatkan moral dan budi pekerti luhur, meningkatkan solidaritas dan kebersamaan peserta didik, serta meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam wadah NKRI,” ungkap Gede Subawa.

Jambore Pasraman Nasional akan memberikan piala dan penghargaan bagi juara I,II, III dan juara harapan I, II, III. Khusus bagi peraih juara umum akan diberikan piala bergilir Dirjen Bimas Hindu. *Titah



Kakanwil Kemenag Lepas Kontingen Jambore Pasraman Jawa Timur









Sidoarjo (Bimas Hindu Jawa Timur) - Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Mahfudh Sodar melepas secara resmi kontingen Jambore Pasraman Provinsi Jawa Timur di Wisma Haji Kemenag Jatim.
Mahfudh mengatakan pelaksanaan Jambore Pasraman Tingkat Nasional merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan keagamaan yang dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik.
“Semoga kontingen Jambore Pasraman Jawa Timur bisa tampil yang terbaik serta bisa mendapatkan juara. Kalau kontingen lain bisa, kontingen Jawa Timur lebih bisa,” tegas Mahfudh Shodar belum lama ini.
Mahfudh menambahkan, setelah melihat gladi bersih peserta, ia optimis kontingen Jawa Timur bisa meraih juara dari berbagai jenis lomba.
Pembimas Hindu Jawa Timur, Ida Made Windya mengungkapkan Jambore Pasraman Tingkat Nasional bertujuan meningkatkan kreatifitas siswa pasraman guna mewujudkan insan yang memiliki sradha, bhakti, sekaligus memiliki etika yang baik.
“Kegiatan ini perlu terus digalakan ditengah-tengah harapan agar pendidikan  keagamaan Hindu yang saat ini menginginkan pola pendidikan yang seimbang antara fisik dan non fisik , pengembangan otak kanan dan otak kiri serta potensi-potensi lainya, seperti musikalitas, kinestetik ataupun intra dan antarpribadi peserta didik,” ungkap Made Windya. *Titah


Senin, 11 Juli 2016

Daftar Nama Guru Non PNS Provinsi Jawa Timur

Jumlah Umat Hindu Provinsi Jawa Timur

         
NO. KAB/KOTA BERDASARKAN JENIS KELAMIN JUMLAH PEMELUK AGAMA HINDU
LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 Kab. Pacitan 58 74 132
2 Kab. Ponorogo 870 816 1686
3 Kab. Trenggalek 154 139 293
4 Kab. Tulungagung 345 335 680
5 Kab. Lumajang 6824 6363 13187
6 Kab. Bondowoso 121 112 233
7 Kab. Situbondo 95 91 186
8 Kab. Probolinggo 19784 20091 39875
9 Kab. Pasuruan 13572 12992 26564
10 Kab. Sidoarjo 2420 2449 4869
11 Kab. Mojokerto 1169 1237 2406
12 Kab. Jombang 1877 435 1928
13 Kab. Nganjuk 314 328 642
14 Kab. Magetan 65 92 157
15 Kab. Ngawi 114 131 245
16 Kab. Bojonegoro 1102 1192 2294
17 Kab. Tuban 260 283 543
18 Kab. Lamongan 1432 1709 3141
19 Kab. Gresik 4580 5058 9638
20 Kab. Bangkalan - - -
21 Kab. Sampang 20 14 34
22 Kab. Pamekasan 18 25 43
23 Kab. Sumenep  66 79 145
24 Kota Kediri 28626 27800 2657
25 Kota Malang 27101 27264 19451
26 Kota Probolinggo 3579 3914 1609
27 Kota Pasuruan 14147 17680 26564
28 Kota Madiun 810 882 1692
29 Kota Surabaya 11872 11500 23372
30 Kab. Banyuwangi 28626 27800 56426
31 Kab. Blitar 9368 10083 19451
32 Kab. Jember 736 873 1609
33 Kab. Kediri 12984 13580 26564
34 Kab. Madiun 1721 1817 3538
35 Kab. Malang 22101 22970 45071
36 Kota Batu 1769 2163 3932
37 Kota Blitar 1134 934 2068
38 Kota Mojokerto 707 752 1459
JUMLAH 175265 181701 392322

DATA NAMA DAN ALAMAT TEMPAT IBADAH AGAMA HINDU TAHUN 2016

DATA NAMA DAN ALAMAT TEMPAT IBADAH AGAMA HINDU TAHUN 2016

JUMLAH ROHANIWAN AGAMA HINDU TAHUN 2016



NO KAB/KOTA ROHANIWAN AGAMA HINDU JUMLAH
Pinandita Mangku Singgih Lainnya …
1 KANWIL JATIM
NO KAB/KOTA ROHANIWAN AGAMA HINDU JUMLAH
Pinandita Mangku Singgih Pandita Dukun
1 Kab. Pacitan - - - - - -
2 Kab. Ponorogo - - - - - -
3 Kab. Trenggalek - - - - - -
4 Kab. Tulungagung - - - - - -
5 Kab. Lumajang - - - - - -
6 Kab. Bondowoso - 1  - - - 1
7 Kab. Situbondo -  -  - - - -
8 Kab. Probolinggo -  -  -  -  - -
9 Kab. Pasuruan -  -  -  -  - -
10 Kab. Sidoarjo - 12  - 1 - 13
11 Kab. Mojokerto - 11  - - - 11
12 Kab. Jombang - 16  - - - 16
13 Kab. Nganjuk - 5  - - - 5
14 Kab. Magetan -  -  - - - -
15 Kab. Ngawi -  -  - - - -
16 Kab. Bojonegoro -  -  - - - -
17 Kab. Tuban -  -  - - - -
18 Kab. Lamongan - 3  - - - 3
19 Kab. Gresik -  -  - - - -
20 Kab. Bangkalan -  -  - - - -
21 Kab. Sampang - -  - - - -
22 Kab. Pamekasan - -  - - - -
23 Kab. Sumenep  - -  - - - -
24 Kota Kediri - -  -  - -  -
25 Kota Malang - -  -  - -  -
26 Kota Probolinggo - -  - - -  -
27 Kota Pasuruan - -  - - -  -
28 Kota Madiun - -  -  - -  -
29 Kota Surabaya -  -  -  - -  -
30 Kab. Banyuwangi - 254  - 2 - 256
31 Kab. Blitar - 114  - 1 - 115
32 Kab. Jember -  -  - - -  -
33 Kab. Kediri - 78  - 1 - 79
34 Kab. Madiun -  -  - - -  -
35 Kab. Malang - 28  - 2 - 30
36 Kota Batu - 7  - 1 - 8
37 Kota Blitar - -  - - -  -
38 Kota Mojokerto -  -  - - -  -
Jumlah - 484  - 11 42 537

Kearifan Air Suci Jala Siddhi Amertha


Begitu banyak cara yang bisa dilakukan seseorang apakah ia sebagai traveler atau umat agama tertentu, untuk menikmati sebuah keindahan sekaligus ketenangan batin. Semua itu boleh jadi bisa kita dapatkan saat kita mengunjungi sebuah bangunan suci apakah ia berupa masjid, gereja, kelenteng atau bahkan pura.
Nama kawasan Juanda di Sidoarjo mengingatkan kita akan nama bandara udara internasional yang berprestasi itu. Namun acara melancong kami kali ini tidak hendak mengunjungi lapangan udara Juanda tersebut. Melainkan menyambangi sebuah pura, tempat beribadah umat Hindu yang tergolong besar di Jawa Timur.
Ya, tujuan kunjungan kami kali ini ke Pura Jala Siddhi Amertha, Juanda-Sidoarjo. Seperti bangunan suci umat hindu di tempat lain. Pura yang berlokasi di Juanda Sidoarjo ini juga terlihat sangat besar dan indah.
Tidak kalah dengan pura-pura cantik di Pulau Bali yang terkenal itu. Pura ini berjarak kira-kira 2 kilometer dari Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo. Di sepanjang Jalan Juanda, traveler akan menemukan warung-warung makanan dan stan-stan penjual tanaman hias dengan berbagai perlengkapannya.
Ada banyak kantor milik TNI AL dan Korps Marinir di sana. Juga ada galeri batik dan berbagai suvenir khas Jawa Timur. Dari arah Surabaya lokasi pura berada di sebelah kanan Jalan Raya Juanda.
Sebelum memasuki lokasi pura, traveler akan menjumpai bangunan gereja yang persis berada di samping pura ini. Ada papan nama pura yang cukup besar terpampang di pinggir Jalan Juanda sehingga traveler tidak perlu khawatir akan tersesat jika mengunjungi tempat ini.
Saat kami berkunjung ke sana, seorangpenjaga pura bernama Made menyambut kedatangan kami dengan ramahnya.
Pak Made menanyakan maksud dan tujuan kami berkunjung ke pura yang sangat terawat dengan baik itu. Kami jelaskan bahwa kedatangan kami murni sebagai wisatawan. Kami akhirnya diijinkan untuk melihat-lihat dan mengambil gambar bangunan suci umat Hindu ini.
Pak Made menerangkan bahwa pengunjung (wisatawan) atau umat Hindu yang hendak bersembahyang ke dalam pura sebaiknya mengenakan “selendang kuning” terlebih dulu. Hal ini merupakan aturan ritual sebelum memasuki Pura Jaga Siddhi Amerta.
Namun begitu pemakaian selendang kuning juga bermakna sebuah penghormatan kepada Sang Hyang Widhi. Atau ada pendapat lain yang mengatakan sebagai tata cara menghormat kepada seseorang yang lebih tinggi kedudukannya (raja).
Sebelum memasuki pura, umat Hindu atau traveler terlebih dulu dipercikkan air suci ke kepalanya oleh pemangku atau pemimpin persembahyangan. Hal ini dimaksudkan agar umat atau pengunjung pura bersih pikirannya dan fokus pada niatnya semula.
Setelah selesai bersembahyang keluar pura, umat Hindu juga dipercikkan air suci sebanyak tiga kali. Pertama air suci dipercikkan ke kepala yang berarti sepulang dari bersembahyang hendaknya hati dan pikiran umat menjadi suci.
Kemudian air suci diminum yang berarti bahwa segala lisan atau ucapan umat hendaknya nanti menjadi suci dan yang terakhir air suci diusapkan ke muka yang berarti bahwa segala perbuatan atau tingkah laku umat di masyarakat kelak menjadi suci bersih.
Pihak pengelolah Pura Jala Siddhi Amertha juga memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk menyewa tempat bersembahyang umat Hindu ini untuk keperluan lain seperti upacara resepsi pernikahan, pesta dan acara-acara pergelaran seni lainnya, begitu ungkap Pak Made.
Agenda acara Pura Jala Siddhi Amertha tergolong sangat padat. Di pura ini pula berdiri Organisasi Truna-Truni yaitu organisasi kepemudaan yang dibentuk seiring dengan berdirinya bangunan pura ini.
Setelah beramah tamah dan bertanya banyak hal seputar pura ini kepada Pak Made, akhirnya kami berpamitan melanjutkan perjalanan menelusuri destinasi situs kuno di kawasan Sedati, Sidoarjo.
Sumber: Kompasiana.com

Pura Agung Jagad Karana


Pura Agung Jagad Karana terletak di jalan Gresik-Surabaya atau di Jalan Ikan Lumba-Lumba No 1, Perak Barat, Krembangan dekat dengan Museum Loka Jala Srana Sehingga membuat ibadah lebih hikmat dan tenang. Lokasinya jauh dari keramaian sehingga membuat suasana tempat ini tenang dan hikmat.
Dibangun pada tahun 1968 pura ini diresmikan pada Sabtu, 29 November 1969 oleh Kepala Staf Kodamar V Maritim Comodor R Sahiran. Peresmian bertepatan dengan Hari Saraswati yang sekaligus untuk memperingati Dewi Saraswati yang dikenal sebagai dewi ilmu pengetahuan.
Pura ini telah mengalami pemugaran sebanyak dua kali, yang pertama pada tahun 1987 dan kedua pada tahun 2003, dimana selama dua tahun tersebut bangunan utama direnovasi menyeluruh. Hasilnya padmasana atau tempat sesaji menjadi lebih lengkap dengan adanya dua pepelik, dua apit Lawang, penglurah dan bale pesantian. Hingga saat ini, perbaikan dan penambahan terus dilakukan agar Pura Agung Jagad Karana semakin lebih baik. Pembangunan kemudian direncanakan untuk meninggikan lantai bangunan utama, perbaikan lantai sekitar bangunan serta pemeliharaan pagar yang mengililingi pura.
Di tempat ibadah ini pada sekitar pintu masuk, Anda akan melihat dinding yang mengelilingi pura. Saat melangkah masuk ke dalam tampak lantai dari yang terbuat paving. Di sepanjang jalan deretan bunga menghadirkan suasana segar, damai dan serasa terasa lebih hikmat.
Kompleks pura ini berdiri di atas lahan seluas 7.703 meter persegi. Di dalam kompleks tersebut terdapat beberapa bangunan yang meliputi bangunan utama atau disebut mandala utama (jeroan), mandala madya (jaba tengah), serta mandala nista (jaba luar). Pada masing-masing bangunan terdapat ruang utama sesuai dengan penamaan.
Mandala utama memiliki Padamasana, pepelik, Penglurah, Patung Ganesha, Bale Pawedan, Bale Pesantian, Kori Agung dan penyengker. Lalu di Mandala Madya terdapat berbagai keperluan sembahyang berupa beji, bale gong, bale sebaguna, bale pewaregan, candi bentar, bale pesanekan, penyengker serta sekretariat PHDI Jawa Timur. Sedangkan di Mandala Nista, terdapat Bale Manusa yadnya, Pasraman, Patung Dewi Saraswati. Tak hanya itu fasilitas seperti kamar mandi, toilet, tempat parkir dan sekretariat banjar Surabaya.
Pura ini ramai dikunjungi menjelang Hari Raya Nyepi, khususnya pada saat upacara Melasti. Umat Hindu datang dari berbagai daerah untuk sembahyang dan melakukan ritual keagamaan. Tak hanya dari Surabaya, umat Hindu datang dari berbagai daerah di Jawa Timur seperti Sidoarjo, Lamongan dan Gresik. Perayaan akan diakhiri dengan arak-arakan sesajen, pratime, umbul-umbul dan peralatan sembayang lain.
Mengenakan pakaian serba putih umat Hindu dari Pura Agung Jagad Karana ini akan berjalan sejauh tiga kilometer menuju pantai di Kompleks TNI AL sambil diiringi suara tetabuhan. Pada puncak acara, akan dilakukan larung sesaji ke laut yang bermakna sebagai simbol penyucian diri dan melepaskan segala kotoran baik berupa perkataan, pikiran dan ataupun perbuatan.
Salah satu acara puncak yang sayang untuk Anda lewatkan adalah upacara tawur yang diadakan sehari sebelum perayaan Nyepi. Upacara Tawur Kesangan atau upacara Buta Yadnya adalah upacara untuk menghaturkan pecaruan kepada Sang Bhuta Kala, agar tidak mengganggu umat. Acara diakhiri dengan diadakannya pawai ogoh-ogoh yang diarak hingga ke pusat kota Surabaya. Oleh karena itu, jika Anda berniat berkunjung ke Pura Agung Jagad Karana, datanglah menjelang hari raya Nyepi. Selain menambah pengetahuan tentang khasanah antar umat beragama juga merupakan nilai tambah kearifan lokal yang yang bertujuan sebagai harmonisasi hidup berbudaya.

Sumber: surabaya.panduanwisata.id

Sepenggal Sejarah Pura Mandara Giri Semeru Agung



Pura yang biasanya dijuluki Pura Kahyangan Jagat (tempat memuja Hyang Widhi Wasa) pada hari-hari tertentu ramai dikunjungi umat Hindu.

Pura Mandara Giri Semeru Agung salah satu Pura mbak-mbak mejeng di depan Pura Mandara Giri Semeru Agung. Setiap akhir pekan ada saja rombongan yang berkunjung ke pura ini. Kebanyakan pengunjung adalah dari pulau seberang, pulau Bali. Dan acara paling ramai yang diselenggarakan disini adalah pada saat ulang tahun pura (Piodalan).

Awalnya Pura Mandara Giri hanya berada diatas tanah pekarangan seluas 20 x 60 meter. Setelah 3 tahun kemudian, areal tanah berkembang menjadi dua hektar. Sehingga, bangunan pura yang semula nampak sederhana, kini, sudah berkembang megah. Menjaga senyawa bangunan, dan fungsinya, pura ini tak pernah sepi dari aktifitas keagamaan. Bermula dari upacara Pamlaspas Alit dan Mapulang Dasar Sarwa Sekar yang digelar pada Minggu manis, Wuku Menail, 8 Maret 1992.

Akses menuju pura, jalannya sudah cukup baik. Bahkan, mampu mengakomodir rombongan puluhan Bus dari Bali yang datang untuk melakukan peribadatan. Hindu akhirnya berhasil mewujudkan gagasannya untuk mendirikan Pura ini, meskipun diawal hanya bangunan yang sederhana. Beberapa tokoh Hindu di Bali menyambut baik gagasan ini. Karena, umat Hindu Bali pernah mengadakan nuur tirta (pengambilan air suci) di Patirtaan Watu Kelosot, kaki Gunung Semeru, lalu dibawa ke Bali.

Latar Belakang Lokasi

Latar belakang pemilihan lokasi Pura ini di kaki Gunung Semeru berkaitan dengan mite pemindahan puncak Gunung MahamĂšru dari India ke Jawa, sebagaimana dikisahkan dalam naskah Tantu PanggĂȘlaran. Lokasinya berada  di  tanah yang cukup tinggi sehingga pengunjung harus meniti tangga untuk  ke Pura ini.

Struktur dan komponen-komponen arsitekturnya mengikuti gaya arsitektur pura-pura di Bali seperti pada umumnya, yaitu arsitektur trdisional Bali yang masih mengikuti gaya arsitektur zaman kerajaan. Gaya arsitektur ini dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dengan dasar-dasar filsafat dalam ajaran agama Hindu sendiri. Landasan filosofis arsitektur terteliti dipaparkan dengan latar belakang alam pikiran keagamaan pemangkunya, yaitu agama Hindu, yang visualisasinya tergambarkan pada tata ruang, bentuk bangunan dan bahan bangunan yang digunakan.

Arsitektur pura ini menggunakan arsitektur tradisional  Bali yang masih mengikuti gaya arsitektur zaman kerajaan Majapahit.

Di kawasan Pura ini banyak terdapat bangunan pendukung Di antaranya adalah ruangan semacam pendapa atau  aula, Bale Gajah itu terdapat ornament beberapa patung  gajah, CandiBentar (apit surang), dan candi kurung (gelungkuri). Ada juga, suci sebagai dapur khusus dan bale patandingan.

Untuk di areal ruangan tersebut pengunjung diijinkan masuk dengan memberitahu dan meminta izin terlebih dahulu kepada petugas. Sedangkan untuk Pura Utama, bagi pengunjung yang bukan umat Hindu dan tidak ada keperluan untuk beribadah, pengunjung dilarang untuk memasukinya.

Sumber: Suluh Bali