Minggu, 31 Juli 2016

Menteri Agama: Jampasnas Wadah Peningkatan Prestasi Anak Muda Hindu








Sleman (Bimas Hindu Jawa Timur) - Kontingen Provinsi Jawa Timur, Putu Althea Putri W berhasil meraih juara harapan II Lomba Puisi Keagamaan Hindu pada rangkaian Jambore Pasraman Nasional (Jampasnas) ke-4 di hotel Sheraton Mustika, Jumat (29/7/2016). Putu Althea senang bisa berpartisipasi dalam Jambore Pasraman tahun ini.

“Walaupun dapat juara harapan II, saya sangat bersyukur. Juara memang penting, tapi yang lebih utama bisa bertemu dengan teman-teman Hindu dari seluruh Indonesia,” kata Putu Althea.

Pembimas Hindu Jawa Timur, Ida Made Windya mengungkapkan selain meningkatkan sradha, bhakti, sekaligus memiliki etika yang baik, Jampasnas juga sebagai ajang bersosialisasi sekaligus mengembangkan potensi-potensi anak-anak pasraman seperti musikalitas, kinestetik ataupun intra dan antarpribadi peserta didik,” ungkap Made Windya.

Lomba Yoga Asanas Putri diwakili oleh Nararatih Widya Ratna, Sheni Hinda Wati, Rega Regi Fernanda Wahyunigsih. Lomba Pelafalan Doa Sehari-hari diwakili oleh Else Putri Ayu Prameswari. Lomba Yoga Asanas Putra diwakili oleh Chayono, Bogi Satrio Utomo, Yoga Wiyana. Lomba Cipta Lagu Kreasi Keagamaan Hindu diwakili oleh Marga Tri Santika, Ninik Gustin Lestari. Lomba Bercerita Keagamaan Hindu diwakili oleh Anak Agung Ayu Indah Wati Britania Yuliani.

Lomba Tri Sandya diwakili oleh Ni Wayan Melva Vemtira Kanya Navaratri dan Astu Devi Supriyatni, Lomba Kramaning lembah diwakili oleh Ni Putu Anjelina Rika Savitri dan Ni Komang Brahma Cintya Dewi. Adapun official Jampasnas Kontingen Jawa Timur antara lain I Dewa Ayu Putri, Kudari, dan Jariyanto.

Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin resmi menutup rangkaian Jambore Pasraman Nasional (Jampasnas) ke-4 di hotel Sheraton Mustika. Ia berharap, pendalaman ajaran agama Hindu dan hidup dalam keragaman tetap terus berjalan meski Jampasnas telah berakhir.

“Semoga Jambore Pasraman Nasional ke-4 mampu memupuk rasa nasionalisme dan patriotisme bagi generasi mendatang. Saya melihat keanekaragaman yang luar biasa, ini merupakan wadah peningkatan prestasi anak muda Hindu di kancah internasional, bukan sekedar soal menang dan kalah,” tegas Lukman Hakim Saifuddin.

Ketua Panitia Jambore Pasraman Nasional, Ida Bagus Gede Subawa, mengatakan pihaknya mengajak seluruh pihak untuk menggalang komitmen dan menyatukan langkah dalam mengelola nilai-nilai ajaran agama.

Bali berhasil menjadi Juara Umum Jambore Pasraman Nasional ke-4. Berikut hasil keputusan Juri tentang juara Jambore Pasraman Nasional IV 2016.

Lomba Puja Tri Sandya
Juara I : Bali
Juara II : DKI Jakarta
Juara III : Papua
Juara Harapan I : Nusa Tenggara Barat
Juara Harapan II : Sulawesi Tenggara
Juara Harapan III : Sulawesi Selatan

Lomba Kramaning Sembah
Juara I : Sulawesi Utara
Juara II : Bali
Juara III : Kalimantan Barat
Juara Harapan I
Juara Harapan II
Juara Harapan III

Lomba Doa sehari-hari
Juara I : Bali
Juara II : Nusa Tenggara Barat
Juara III : Jawa Tengah
Juara Harapan I
Juara Harapan II
Juara Harapan III

Lomba Cipta Lagu Keagamaan
Juara I : Yogyakarta
Juara II : Bali
Juara III : Jateng
Juara Harapan I : Nusa Tenggara Barat
Juara Harapan II : Sulawesi tengah
Juara Harapan III : Kalimantan tengah

Lomba Cipta Puisi Keagamaan
Juara I : Bali
Juara II : Kalteng
Juara III : Yogyakarta
Juara Harapan I : Nusa Tenggara Barat
Juara Harapan II : Jawa Timur
Juara Harapan III : Sulawesi Selatan

Lomba Bercerita Keagamaan
Juara I : Bali
Juara II : NTB
Juara III : Jawa Barat
Juara Harapan I : Jawa Tengah
Juara Harapan II : DKI Jakarta
Juara Harapan III : NTT

Lomba Yoga Asanas Putra
Juara I : Bali
Juara II : Nusa Tenggara Barat
Juara III : Papua
Juara Harapan I : Sulawesi Tengah
Juara Harapan II : Kepulauan Riau
Juara Harapan III : Sulawesi Selatan

Lomba Yoga Asanas Putri
Juara I : Bali
Juara II : Banten
Juara III : Yogyakarta
Juara Harapan I : Nusa Tenggara Timur
Juara Harapan II : Jawa Barat
Juara Harapan III : Papua

Juara Umum : Bali

*Titah

Selasa, 26 Juli 2016

Jambore Pasraman untuk Generasi Hindu Emas













Sleman (Bimas Hindu Jawa Timur) - Jambore Pasraman Tingkat Nasional IV Tahun 2016 secara resmi dibuka oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, H. Nur Syam, mewakili Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin.

H. Nur Syam mengatakan kegiatan Jambore Pasraman yang berkelanjutan nantinya akan melahirkan generasi Hindu ‘emas’ pada tahun 2045. “Jambore Pasraman merupakan wahana bagi generasi muda Hindu untuk memupuk rasa cinta tanah air sekaligus membangun kebhinekaan nusa dan bangsa. Saya yakin generasi muda Hindu bisa menjadi generasi emas pada100 tahun bangsa Indonesia,” kata H. Nur Syam di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta, Selasa (27/07/2016)..

Kegiatan yang diselenggarakan dua tahun sekali ini diikuti oleh 471 orang serta 96 official dari 32 provinsi di Indonesia. Masing-masing provinsi mengirimkan 15 orang, kecuali Nanggroe Aceh Darusalam yang hanya mengirimkan lima peserta. Para peserta terbagi atas 3 kelompok, yakni tingkat SD, tingkat SMP dan tingkat SMA/K.

Adapun jenis lomba yang diselenggarakan antara lain lomba Mantra Tri Sandhya, lomba Kramaning Sembah, lomba Yoga Asanas, lomba Cipta Lagu Kreasi Keagamaan Hindu, lomba Puisi Keagamaan Hindu, lomba Pantun Keagamaan Hindu, Pelafalan Doa Sehari-hari dan lomba Outbound dan juga kegiatan Pendalaman atau Pembinaan serta Sarasehan.

Ketua Panitia Jambore Pasraman, IB Gede Subawa, mengungkapkan tahun ini  Jambore Pasraman Nasional mengambil tema ‘Jambore Pasraman Nasional sebagai Wahana Meningkatkan Patriotisme Bangsa, Kerukunan dan Pengalaman Ajaran Agama’.

“Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan sraddha (keyakinan) dan bhakti (berbakti) peserta didik, meningkatkan moral dan budi pekerti luhur, meningkatkan solidaritas dan kebersamaan peserta didik, serta meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam wadah NKRI,” ungkap Gede Subawa.

Jambore Pasraman Nasional akan memberikan piala dan penghargaan bagi juara I,II, III dan juara harapan I, II, III. Khusus bagi peraih juara umum akan diberikan piala bergilir Dirjen Bimas Hindu. *Titah



Kakanwil Kemenag Lepas Kontingen Jambore Pasraman Jawa Timur









Sidoarjo (Bimas Hindu Jawa Timur) - Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Mahfudh Sodar melepas secara resmi kontingen Jambore Pasraman Provinsi Jawa Timur di Wisma Haji Kemenag Jatim.
Mahfudh mengatakan pelaksanaan Jambore Pasraman Tingkat Nasional merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan keagamaan yang dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik.
“Semoga kontingen Jambore Pasraman Jawa Timur bisa tampil yang terbaik serta bisa mendapatkan juara. Kalau kontingen lain bisa, kontingen Jawa Timur lebih bisa,” tegas Mahfudh Shodar belum lama ini.
Mahfudh menambahkan, setelah melihat gladi bersih peserta, ia optimis kontingen Jawa Timur bisa meraih juara dari berbagai jenis lomba.
Pembimas Hindu Jawa Timur, Ida Made Windya mengungkapkan Jambore Pasraman Tingkat Nasional bertujuan meningkatkan kreatifitas siswa pasraman guna mewujudkan insan yang memiliki sradha, bhakti, sekaligus memiliki etika yang baik.
“Kegiatan ini perlu terus digalakan ditengah-tengah harapan agar pendidikan  keagamaan Hindu yang saat ini menginginkan pola pendidikan yang seimbang antara fisik dan non fisik , pengembangan otak kanan dan otak kiri serta potensi-potensi lainya, seperti musikalitas, kinestetik ataupun intra dan antarpribadi peserta didik,” ungkap Made Windya. *Titah


Senin, 11 Juli 2016

Daftar Nama Guru Non PNS Provinsi Jawa Timur

Jumlah Umat Hindu Provinsi Jawa Timur

         
NO. KAB/KOTA BERDASARKAN JENIS KELAMIN JUMLAH PEMELUK AGAMA HINDU
LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 Kab. Pacitan 58 74 132
2 Kab. Ponorogo 870 816 1686
3 Kab. Trenggalek 154 139 293
4 Kab. Tulungagung 345 335 680
5 Kab. Lumajang 6824 6363 13187
6 Kab. Bondowoso 121 112 233
7 Kab. Situbondo 95 91 186
8 Kab. Probolinggo 19784 20091 39875
9 Kab. Pasuruan 13572 12992 26564
10 Kab. Sidoarjo 2420 2449 4869
11 Kab. Mojokerto 1169 1237 2406
12 Kab. Jombang 1877 435 1928
13 Kab. Nganjuk 314 328 642
14 Kab. Magetan 65 92 157
15 Kab. Ngawi 114 131 245
16 Kab. Bojonegoro 1102 1192 2294
17 Kab. Tuban 260 283 543
18 Kab. Lamongan 1432 1709 3141
19 Kab. Gresik 4580 5058 9638
20 Kab. Bangkalan - - -
21 Kab. Sampang 20 14 34
22 Kab. Pamekasan 18 25 43
23 Kab. Sumenep  66 79 145
24 Kota Kediri 28626 27800 2657
25 Kota Malang 27101 27264 19451
26 Kota Probolinggo 3579 3914 1609
27 Kota Pasuruan 14147 17680 26564
28 Kota Madiun 810 882 1692
29 Kota Surabaya 11872 11500 23372
30 Kab. Banyuwangi 28626 27800 56426
31 Kab. Blitar 9368 10083 19451
32 Kab. Jember 736 873 1609
33 Kab. Kediri 12984 13580 26564
34 Kab. Madiun 1721 1817 3538
35 Kab. Malang 22101 22970 45071
36 Kota Batu 1769 2163 3932
37 Kota Blitar 1134 934 2068
38 Kota Mojokerto 707 752 1459
JUMLAH 175265 181701 392322

DATA NAMA DAN ALAMAT TEMPAT IBADAH AGAMA HINDU TAHUN 2016

DATA NAMA DAN ALAMAT TEMPAT IBADAH AGAMA HINDU TAHUN 2016

JUMLAH ROHANIWAN AGAMA HINDU TAHUN 2016



NO KAB/KOTA ROHANIWAN AGAMA HINDU JUMLAH
Pinandita Mangku Singgih Lainnya …
1 KANWIL JATIM
NO KAB/KOTA ROHANIWAN AGAMA HINDU JUMLAH
Pinandita Mangku Singgih Pandita Dukun
1 Kab. Pacitan - - - - - -
2 Kab. Ponorogo - - - - - -
3 Kab. Trenggalek - - - - - -
4 Kab. Tulungagung - - - - - -
5 Kab. Lumajang - - - - - -
6 Kab. Bondowoso - 1  - - - 1
7 Kab. Situbondo -  -  - - - -
8 Kab. Probolinggo -  -  -  -  - -
9 Kab. Pasuruan -  -  -  -  - -
10 Kab. Sidoarjo - 12  - 1 - 13
11 Kab. Mojokerto - 11  - - - 11
12 Kab. Jombang - 16  - - - 16
13 Kab. Nganjuk - 5  - - - 5
14 Kab. Magetan -  -  - - - -
15 Kab. Ngawi -  -  - - - -
16 Kab. Bojonegoro -  -  - - - -
17 Kab. Tuban -  -  - - - -
18 Kab. Lamongan - 3  - - - 3
19 Kab. Gresik -  -  - - - -
20 Kab. Bangkalan -  -  - - - -
21 Kab. Sampang - -  - - - -
22 Kab. Pamekasan - -  - - - -
23 Kab. Sumenep  - -  - - - -
24 Kota Kediri - -  -  - -  -
25 Kota Malang - -  -  - -  -
26 Kota Probolinggo - -  - - -  -
27 Kota Pasuruan - -  - - -  -
28 Kota Madiun - -  -  - -  -
29 Kota Surabaya -  -  -  - -  -
30 Kab. Banyuwangi - 254  - 2 - 256
31 Kab. Blitar - 114  - 1 - 115
32 Kab. Jember -  -  - - -  -
33 Kab. Kediri - 78  - 1 - 79
34 Kab. Madiun -  -  - - -  -
35 Kab. Malang - 28  - 2 - 30
36 Kota Batu - 7  - 1 - 8
37 Kota Blitar - -  - - -  -
38 Kota Mojokerto -  -  - - -  -
Jumlah - 484  - 11 42 537

Kearifan Air Suci Jala Siddhi Amertha


Begitu banyak cara yang bisa dilakukan seseorang apakah ia sebagai traveler atau umat agama tertentu, untuk menikmati sebuah keindahan sekaligus ketenangan batin. Semua itu boleh jadi bisa kita dapatkan saat kita mengunjungi sebuah bangunan suci apakah ia berupa masjid, gereja, kelenteng atau bahkan pura.
Nama kawasan Juanda di Sidoarjo mengingatkan kita akan nama bandara udara internasional yang berprestasi itu. Namun acara melancong kami kali ini tidak hendak mengunjungi lapangan udara Juanda tersebut. Melainkan menyambangi sebuah pura, tempat beribadah umat Hindu yang tergolong besar di Jawa Timur.
Ya, tujuan kunjungan kami kali ini ke Pura Jala Siddhi Amertha, Juanda-Sidoarjo. Seperti bangunan suci umat hindu di tempat lain. Pura yang berlokasi di Juanda Sidoarjo ini juga terlihat sangat besar dan indah.
Tidak kalah dengan pura-pura cantik di Pulau Bali yang terkenal itu. Pura ini berjarak kira-kira 2 kilometer dari Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo. Di sepanjang Jalan Juanda, traveler akan menemukan warung-warung makanan dan stan-stan penjual tanaman hias dengan berbagai perlengkapannya.
Ada banyak kantor milik TNI AL dan Korps Marinir di sana. Juga ada galeri batik dan berbagai suvenir khas Jawa Timur. Dari arah Surabaya lokasi pura berada di sebelah kanan Jalan Raya Juanda.
Sebelum memasuki lokasi pura, traveler akan menjumpai bangunan gereja yang persis berada di samping pura ini. Ada papan nama pura yang cukup besar terpampang di pinggir Jalan Juanda sehingga traveler tidak perlu khawatir akan tersesat jika mengunjungi tempat ini.
Saat kami berkunjung ke sana, seorangpenjaga pura bernama Made menyambut kedatangan kami dengan ramahnya.
Pak Made menanyakan maksud dan tujuan kami berkunjung ke pura yang sangat terawat dengan baik itu. Kami jelaskan bahwa kedatangan kami murni sebagai wisatawan. Kami akhirnya diijinkan untuk melihat-lihat dan mengambil gambar bangunan suci umat Hindu ini.
Pak Made menerangkan bahwa pengunjung (wisatawan) atau umat Hindu yang hendak bersembahyang ke dalam pura sebaiknya mengenakan “selendang kuning” terlebih dulu. Hal ini merupakan aturan ritual sebelum memasuki Pura Jaga Siddhi Amerta.
Namun begitu pemakaian selendang kuning juga bermakna sebuah penghormatan kepada Sang Hyang Widhi. Atau ada pendapat lain yang mengatakan sebagai tata cara menghormat kepada seseorang yang lebih tinggi kedudukannya (raja).
Sebelum memasuki pura, umat Hindu atau traveler terlebih dulu dipercikkan air suci ke kepalanya oleh pemangku atau pemimpin persembahyangan. Hal ini dimaksudkan agar umat atau pengunjung pura bersih pikirannya dan fokus pada niatnya semula.
Setelah selesai bersembahyang keluar pura, umat Hindu juga dipercikkan air suci sebanyak tiga kali. Pertama air suci dipercikkan ke kepala yang berarti sepulang dari bersembahyang hendaknya hati dan pikiran umat menjadi suci.
Kemudian air suci diminum yang berarti bahwa segala lisan atau ucapan umat hendaknya nanti menjadi suci dan yang terakhir air suci diusapkan ke muka yang berarti bahwa segala perbuatan atau tingkah laku umat di masyarakat kelak menjadi suci bersih.
Pihak pengelolah Pura Jala Siddhi Amertha juga memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk menyewa tempat bersembahyang umat Hindu ini untuk keperluan lain seperti upacara resepsi pernikahan, pesta dan acara-acara pergelaran seni lainnya, begitu ungkap Pak Made.
Agenda acara Pura Jala Siddhi Amertha tergolong sangat padat. Di pura ini pula berdiri Organisasi Truna-Truni yaitu organisasi kepemudaan yang dibentuk seiring dengan berdirinya bangunan pura ini.
Setelah beramah tamah dan bertanya banyak hal seputar pura ini kepada Pak Made, akhirnya kami berpamitan melanjutkan perjalanan menelusuri destinasi situs kuno di kawasan Sedati, Sidoarjo.
Sumber: Kompasiana.com

Pura Agung Jagad Karana


Pura Agung Jagad Karana terletak di jalan Gresik-Surabaya atau di Jalan Ikan Lumba-Lumba No 1, Perak Barat, Krembangan dekat dengan Museum Loka Jala Srana Sehingga membuat ibadah lebih hikmat dan tenang. Lokasinya jauh dari keramaian sehingga membuat suasana tempat ini tenang dan hikmat.
Dibangun pada tahun 1968 pura ini diresmikan pada Sabtu, 29 November 1969 oleh Kepala Staf Kodamar V Maritim Comodor R Sahiran. Peresmian bertepatan dengan Hari Saraswati yang sekaligus untuk memperingati Dewi Saraswati yang dikenal sebagai dewi ilmu pengetahuan.
Pura ini telah mengalami pemugaran sebanyak dua kali, yang pertama pada tahun 1987 dan kedua pada tahun 2003, dimana selama dua tahun tersebut bangunan utama direnovasi menyeluruh. Hasilnya padmasana atau tempat sesaji menjadi lebih lengkap dengan adanya dua pepelik, dua apit Lawang, penglurah dan bale pesantian. Hingga saat ini, perbaikan dan penambahan terus dilakukan agar Pura Agung Jagad Karana semakin lebih baik. Pembangunan kemudian direncanakan untuk meninggikan lantai bangunan utama, perbaikan lantai sekitar bangunan serta pemeliharaan pagar yang mengililingi pura.
Di tempat ibadah ini pada sekitar pintu masuk, Anda akan melihat dinding yang mengelilingi pura. Saat melangkah masuk ke dalam tampak lantai dari yang terbuat paving. Di sepanjang jalan deretan bunga menghadirkan suasana segar, damai dan serasa terasa lebih hikmat.
Kompleks pura ini berdiri di atas lahan seluas 7.703 meter persegi. Di dalam kompleks tersebut terdapat beberapa bangunan yang meliputi bangunan utama atau disebut mandala utama (jeroan), mandala madya (jaba tengah), serta mandala nista (jaba luar). Pada masing-masing bangunan terdapat ruang utama sesuai dengan penamaan.
Mandala utama memiliki Padamasana, pepelik, Penglurah, Patung Ganesha, Bale Pawedan, Bale Pesantian, Kori Agung dan penyengker. Lalu di Mandala Madya terdapat berbagai keperluan sembahyang berupa beji, bale gong, bale sebaguna, bale pewaregan, candi bentar, bale pesanekan, penyengker serta sekretariat PHDI Jawa Timur. Sedangkan di Mandala Nista, terdapat Bale Manusa yadnya, Pasraman, Patung Dewi Saraswati. Tak hanya itu fasilitas seperti kamar mandi, toilet, tempat parkir dan sekretariat banjar Surabaya.
Pura ini ramai dikunjungi menjelang Hari Raya Nyepi, khususnya pada saat upacara Melasti. Umat Hindu datang dari berbagai daerah untuk sembahyang dan melakukan ritual keagamaan. Tak hanya dari Surabaya, umat Hindu datang dari berbagai daerah di Jawa Timur seperti Sidoarjo, Lamongan dan Gresik. Perayaan akan diakhiri dengan arak-arakan sesajen, pratime, umbul-umbul dan peralatan sembayang lain.
Mengenakan pakaian serba putih umat Hindu dari Pura Agung Jagad Karana ini akan berjalan sejauh tiga kilometer menuju pantai di Kompleks TNI AL sambil diiringi suara tetabuhan. Pada puncak acara, akan dilakukan larung sesaji ke laut yang bermakna sebagai simbol penyucian diri dan melepaskan segala kotoran baik berupa perkataan, pikiran dan ataupun perbuatan.
Salah satu acara puncak yang sayang untuk Anda lewatkan adalah upacara tawur yang diadakan sehari sebelum perayaan Nyepi. Upacara Tawur Kesangan atau upacara Buta Yadnya adalah upacara untuk menghaturkan pecaruan kepada Sang Bhuta Kala, agar tidak mengganggu umat. Acara diakhiri dengan diadakannya pawai ogoh-ogoh yang diarak hingga ke pusat kota Surabaya. Oleh karena itu, jika Anda berniat berkunjung ke Pura Agung Jagad Karana, datanglah menjelang hari raya Nyepi. Selain menambah pengetahuan tentang khasanah antar umat beragama juga merupakan nilai tambah kearifan lokal yang yang bertujuan sebagai harmonisasi hidup berbudaya.

Sumber: surabaya.panduanwisata.id

Sepenggal Sejarah Pura Mandara Giri Semeru Agung



Pura yang biasanya dijuluki Pura Kahyangan Jagat (tempat memuja Hyang Widhi Wasa) pada hari-hari tertentu ramai dikunjungi umat Hindu.

Pura Mandara Giri Semeru Agung salah satu Pura mbak-mbak mejeng di depan Pura Mandara Giri Semeru Agung. Setiap akhir pekan ada saja rombongan yang berkunjung ke pura ini. Kebanyakan pengunjung adalah dari pulau seberang, pulau Bali. Dan acara paling ramai yang diselenggarakan disini adalah pada saat ulang tahun pura (Piodalan).

Awalnya Pura Mandara Giri hanya berada diatas tanah pekarangan seluas 20 x 60 meter. Setelah 3 tahun kemudian, areal tanah berkembang menjadi dua hektar. Sehingga, bangunan pura yang semula nampak sederhana, kini, sudah berkembang megah. Menjaga senyawa bangunan, dan fungsinya, pura ini tak pernah sepi dari aktifitas keagamaan. Bermula dari upacara Pamlaspas Alit dan Mapulang Dasar Sarwa Sekar yang digelar pada Minggu manis, Wuku Menail, 8 Maret 1992.

Akses menuju pura, jalannya sudah cukup baik. Bahkan, mampu mengakomodir rombongan puluhan Bus dari Bali yang datang untuk melakukan peribadatan. Hindu akhirnya berhasil mewujudkan gagasannya untuk mendirikan Pura ini, meskipun diawal hanya bangunan yang sederhana. Beberapa tokoh Hindu di Bali menyambut baik gagasan ini. Karena, umat Hindu Bali pernah mengadakan nuur tirta (pengambilan air suci) di Patirtaan Watu Kelosot, kaki Gunung Semeru, lalu dibawa ke Bali.

Latar Belakang Lokasi

Latar belakang pemilihan lokasi Pura ini di kaki Gunung Semeru berkaitan dengan mite pemindahan puncak Gunung Mahamèru dari India ke Jawa, sebagaimana dikisahkan dalam naskah Tantu Panggêlaran. Lokasinya berada  di  tanah yang cukup tinggi sehingga pengunjung harus meniti tangga untuk  ke Pura ini.

Struktur dan komponen-komponen arsitekturnya mengikuti gaya arsitektur pura-pura di Bali seperti pada umumnya, yaitu arsitektur trdisional Bali yang masih mengikuti gaya arsitektur zaman kerajaan. Gaya arsitektur ini dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dengan dasar-dasar filsafat dalam ajaran agama Hindu sendiri. Landasan filosofis arsitektur terteliti dipaparkan dengan latar belakang alam pikiran keagamaan pemangkunya, yaitu agama Hindu, yang visualisasinya tergambarkan pada tata ruang, bentuk bangunan dan bahan bangunan yang digunakan.

Arsitektur pura ini menggunakan arsitektur tradisional  Bali yang masih mengikuti gaya arsitektur zaman kerajaan Majapahit.

Di kawasan Pura ini banyak terdapat bangunan pendukung Di antaranya adalah ruangan semacam pendapa atau  aula, Bale Gajah itu terdapat ornament beberapa patung  gajah, CandiBentar (apit surang), dan candi kurung (gelungkuri). Ada juga, suci sebagai dapur khusus dan bale patandingan.

Untuk di areal ruangan tersebut pengunjung diijinkan masuk dengan memberitahu dan meminta izin terlebih dahulu kepada petugas. Sedangkan untuk Pura Utama, bagi pengunjung yang bukan umat Hindu dan tidak ada keperluan untuk beribadah, pengunjung dilarang untuk memasukinya.

Sumber: Suluh Bali

Pura Penataran Luhur Medang Kamulan


Pura Penataran Luhur Medang Kamulan terletak di Dusun Buku Desa Mondoluku Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur. Semoga semua junjungan menganugerahi kehidupan abadi, semoga berhasil sesuai keinginan kita bersama dan selalu mengampuni segala kekurangan maupun keterbatasan kami sebagai hamba NYA.
Pura Penataran Luhur Medang Kamulan terletak dipelosok desa terpencil di Dusun Buku Desa Mondoluku Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik. Adapun awal mula adanya Pura di Desa Mondoluku ini sejak tahun 1960-an yang mana Pura ini sudah dipakai kegiatan persembahyangan dengan menggunakan sarana dan prasarana apa adanya oleh umat setempat dengan keyakinan Jawa-nya sampai mendirikan Sanggar Pamudjan dengan cara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Semenjak tahun 1980-an, dengan swadaya masyarakat Umat Hindu yang berjumlah 75 kepala keluarga di desa tersebut membuat tempat sembahyang dengan membeli lahan sebidang tanah seluas kurang lebih 612 meter persegi dari warga yang bernama Bu Rustin dengan harga Rp.600.000,- tanpa adanya administrasi yang jelas. Sementara tanah tersebut mempunyai ahli waris bernama Napiah (ahli warisnya H. Sukir dan keluarga).Sehingga tanah Pura tersebut jadi bermasalah dan oleh ahli waris yaitu Haji Sukir beserta keluarga meminta agar pura tersebut segera dipindahkan atau dipralina.
Adapun cikal bakal dari Pura Penataran Luhur Medang Kamulan adalah adanya Pura Setia Dharma Bakti yang dibangun oleh Umat Mondoluku dan seluruh Umat Hindu yang telah membantu berdirinya Pura Setia Dharma Bhakti. Dan dengan tuntunan restu dari Brahman, para Dewa dan para Leluhur yang dicetuskan lewat Bapak Kadek Sumanila dengan keyakinan hati nurani yang paling dalam ditandai pada kesetiaan (SETIA) umat yang bertahan sebanyak 7 kepala keluarga sampai dengan melaksanakan selalu kebajikan dan kebenaran (DHARMA) untuk bertahan dari segala cobaan ataupun diskriminasi lingkungan yang sangat hebat walaupun kondisi umat yang SDM-nya sangat rendah dan mereka mampu melaksanakan kegiatan Yadnya dengan tulus ikhlas (BHAKTI) sehingga Pura Penataran Luhur Medang Kamulan tersebut bisa terwujud .
Pada bulan Oktober 2010, Ketua PHDI Kecamatan Bapak Sai dan Ketua PHDI Kabupaten Gresik Bapak Kusno datang kerumah Bapak Kadek Sumanila untuk meminta agar Bapak Kadek Sumanila bisa bergabung menjadi kepengurusan baru PHDI Kabupaten Gresik. Mendengar penjelasan dari Bapak Kusno dan Bapak Sai, akhirnya Bapak Kadek Sumanila menerima dengan senang hati tawaran untuk menjadi pengurus dengan tujuan membina umat dan menyelamatkan pura yang rencananya dipralina dan juga kondisinya sangat memprihatinkan yang ada di Desa Mondoluku karena sejak lama tidak tersentuh ataupun terbina, sehingga umatnya hampir habis ataupun pura yang ada mau di Pralina (tanah pura secara sah masih milik ahli waris H. Sukir).

Kondisi Pura yang hampir diprelina
Kondisi Pura yang hampir diprelina

Pada bulan oktober 2010, Bapak Kadek Sumanila bersama temannya yang bernama Bapak Khumaidi datang ke Desa Mondoluku untuk melihat kondisi pura dan umat. Sesampainya disana, pura dalam keadaan kosong dan kurang terawat dan hanya bertemu dengan tetangga depan pura yang bernama Pak Pardi (pengusaha kayu). Pada hari berikutnya pada tgl 26 oktober 2010 (pada saat gunung merapi meletus) Bapak Kadek Sumanila, Bapak Kusno dan Bapak Sai datang kembali ke Desa Mondoluku untuk menemui seluruh Umat Hindu yang ada di Desa Mondoluku. Pada waktu itu Bapak Kadek Sumanila melaksanakan persembahyangan bersama umat di pura yang memprihatinkan itu, mempunyai tekad dan rencana untuk melaksanakan pembinaan umat yang khusus dan melakukan renovasi pura tersebut. Dan atas restu Brahman, Para Dewa dan Para Leluhur tercetuslah nama MEDANG KAMULAN didalam hati sanubari yg paling dalam Bapak Kadek Sumanila untuk dibuatkan sthana ditempat itu.

Bapak Kadek Sumanila (baju batik) bersama  umat Hindu Mondoluku yang masih tersisa
Bapak Kadek Sumanila (baju batik) bersama
umat Hindu Mondoluku yang masih tersisa

Pada hari Sabtu 18 Desember 2010 Bapak Kadek Sumanila bersama keluarga, Bapak Kusno, Bapak Sai, Romo Mangku dan bersama Umat Hindu Mondoluku melaksanakan persembahyangan kliwonan memohon petunjuk dan perlindungan untuk melaksanakan kegiatan pembinaan umat dan renovasi pura. Pada tanggal 25 Desember 2010 merupakan Hari Piodalan Pura Penataran Agung Margo Wening (Krembung-Sidoarjo). Pada saat itu, Bapak Kadek Sumanila bertemu dengan Ida Pandita Sri Mpu Nabe Daksa Samyoga dan Pinandita Drs. I Nyoman Murba Widana M.Ag untuk menjelaskan kondisi umat dan Pura Mondoluku. Dengan penjelasan tersebut, ada keinginan untuk melihat secara langsung secara bersama-sama dan Bapak Kadek Sumanila berkoodinasi dengan ketua PHDI Kecamatan dan PHDI Kabupaten Gresik. Pada tanggal 26 Desember 2010 Ida Pandita Sri Mpu Nabe Daksa Samyoga dan Pinandita Drs Nyoman Murba Widana M.Ag bersama Bapak Kadek Sumanila sekeluarga, Bapak Kusno dan Bapak Sai berkunjung ke Pura Penataran Luhur Medang Kamulan di Desa Mondoluku. Sesampainya disana diterima oleh seluruh Umat Hindu Desa Mondoluku. Adapun hasil kunjungan: Melaksanakan persembahyangan bersama dan melaksanakan Dharma Tula bersama umat dan pengurus Parisada Kabupaten Gresik. Dan dengan keyakinan, ketulusan dan keikhlasan serta petunjuk dan restu dari Brahman, para Dewa dan para Leluhur dan nama Medang Kamulan disampaikan oleh Bapak Kadek Sumanila dengan pertimbangan restu dari para Sulinggih, Romo Mangku, PHDI Kabupaten Gresik dan Umat Hindu yang ada di Desa Mondoluku dan ini karena semboyan terdahulu sudah melekat yang bermakna kesetiaan, dharma dan bhakti pada pura tersebut dan sekaligus atas kesepakatan bersama untuk menunjang kegiatan yang ada di Pura dari PHDI Kabupaten Gresik maka dibentuklah Rumah Tangga Pura yang diketuai oleh Bapak Kadek Sumanila yang disepakati bersama.

Bapak Sai, Bapak Gawayasa, Bapak Suhanadi,  Bapak Kusno & Bapak Kadek Sumanila
Bapak Sai, Bapak Gawayasa, Bapak Suhanadi,
Bapak Kusno & Bapak Kadek Sumanila

Pada Hari Selasa 04 Januari 2011 merupakan Tilem, Bapak Kadek Sumanila, PHDI Gresik, Romo Mangku dan Umat Hindu Desa Mondoluku melaksanakan persembahyangan bersama dan mohon restu semoga semua dilancarkan sekaligus merencanakan renovasi pura secara bertahap dan prioritas awal adalah menyelesaikan permasalahan tanah pura yang masih terkendala masalah administrasi kepemilikan.

Pada Tanggal 7 Januari 2011 Bapak Kadek Sumanila beserta anggota korps marinir wilayah timur yang beragama Hindu dengan jumlah 25 orang melaksanakan kerja bhakti dan persembahyangan bersama Umat Hindu Desa Mondoluku. Tetapi sebelum rombongan sampai ke pura, terlebih dahulu berhenti di depan Balai Desa Mondoluku untuk pemberitahuan pelaksanaan kegiatan kerja bhakti. Namun, kantor kepala desa dalam keadaan kosong sehingga rombongan langsung menuju ke pura. Setelah selesai kerja bhakti Bapak Kadek Sumanila, Bapak I Nyoman Gawayasa dan tokoh umat Bapak Mardi menemui Pak Kades Mondoluku H. Moh. Khoiriman di rumahnya dan sekalian mengutarakan rencana rumah tangga untuk melaksanakan renovasi pura. Pak Kades menyarankan agar untuk lebih baiknya sebelum melaksanakan renovasi pura, terlebih dahulu menyelesaikan permasalahan tanah pura tersebut dengan ahli waris. Kebetulan ahli warisnya masih ada hubungan keluarga dengan Sekdes Mondoluku Bapak Marjuki. Pada tanggal 8 Januari 2011 Bapak Kadek Sumanila meminta kepada Bapak Nyoman Gawayasa beserta tim untuk datang ke rumah Bapak Sekdes untuk mengecek kebenaran permasalahan tanah tersebut. Pada tanggal 10 Januari 2011 Ketua Rumah Tangga Pura Bapak Kadek Sumanila beserta PHDI Kecamatan dan Kabupaten Gresik, Bapak I Nyoman Gawayasa, Bapak Komang Adi dan Bapak Putu Oka datang ke rumah Pak Sekdes untuk melaksanakan dan merencanakan pertemuan dengan ahli waris. Pada Tanggal 11 Januari 2011 Jam 19.00WIB, Pengurus Rumah Tangga Pura dan PHDI Gresik serta tokoh umat mengadakan pertemuan dengan ahli waris yang disaksikan oleh Bapak Kades dan  Bapak Sekdes.

Adapun hasil pertemuan tersebut adalah:

Dari ahli waris punya keinginan agar pura itu dipindah. Dulu sebenarnya ada beberapa Umat Hindu, baik dari Gresik kota maupun PHDI Kecamatan maupun tokoh Gresik lainnya berkeinginan untuk membantu menyelesaikan permasalahan tanah pura tersebut dengan mengganti rugi berapapun nilainya namun ahli waris tetap menolak, bahkan tidak mau bertemu. Tetapi sekarang, atas restu Brahman, para Dewa dan para Leluhur, keinginan pengurus rumah tangga pura beserta umat untuk melaksanakan pertemuan ini bisa terlaksana.
Adapun permintaan dari pengurus rumah tangga pura agar permasalahan tanah pura ini bisa segera diselesaikan, sehingga dari ahli waris dan perangkat desa setuju untuk bersama-sama mencari jalan terbaik.
Dari ahli waris akhirnya setuju tanah tersebut dijual ke pengurus rumah tangga pura dengan penawaran pertama 100 juta, penawaran kedua Rp. 75 juta, penawaran ketiga Rp. 50 juta dan penawaran keempat Rp. 35 juta. Itupun melalui negosiasi yang cukup berat namun atas restu Brahman, para Leluhur, para Dewa dan doa seluruh umat, akhirnya tanah pura tersebut dapat dimiliki secara sah disaksikan perangkat Desa Mondoluku dengan melakukan pembayaran DP Rp. 3 juta dan sisanya diselesaikan 1 bulan berikutnya.
Dari perangkat desa dan tokoh desa sangat antusias dan membantu untuk perkembangan Agama Hindu yang ada di Desa Mondoluku.
Pada Bulan Januari 2011 pengurus rumah tangga pura (Bapak Kadek Sumanila, Bapak Mulyadi, Bapak Sai, Pak Nyoman Suartanaya dan Bapak Mardi) berangkat ke Bali membawa proposal sekalian melakukan persembahyangan ke Pura Pulaki, Pura Uluwatu dan  Pura Dalem Tugu. Di Bali kami bertemu dengan Bapak Drs A.A Ngurah Mayun Msi dari Biro Agama Propinsi Bali dan Ketua Yayasan Padma Siwa Buana.

Adapun yang dihasilkan dari pertemuan itu adalah:

Pemerintah Provinsi Bali bidang agama akan membantu pembangunan renovasi pura.
Ketua Yayasan Padma Siwa Buana akan membantu kegiatan pencarian dana dengan kesekretariatan panitia pembangunan Pura Penataran Luhur Medang Kamulan ada di Yayasan Padma Siwa Buana yang bertempat di Denpasar dan ketua Rumah Tangga Pura Bapak Kadek Sumanila membuat surat kuasa kepada Pengurus Yayasan Padma Siwa Buana dalam rangka menjadi kesekretariatan panitia pembangunan renovasi Pura Penataran Luhur Medang Kamulan untuk pencarian dana di Wilayah Bali.
Dengan diselesaikannya permasalahan tanah pura tersebut, seiring dengan waktu, pengurus rumah tangga pura melaksanakan perluasan tanah sebagai berikut:

Tahap pertama: Pergantian administrasi sebidang tanah seluas 612m2 kepada ahli waris H. Sukir dengan kompensasi sebesar 35 juta rupiah.
Tahap kedua: pembelian sebidang tanah dari Bpk Sampiadi Rp. 30juta.
Tahap ketiga: pembelian sebidang tanah dari Bpk Giman Rp. 17,6 juta
Tahap empat: pembelian sebidang tanah dari Bpk Sampiadi Rp.50 juta
Tahap kelima: pembelian sebidang tanah dari Bpk Karen Rp.9 juta.
Tahap keenam: pembelian sebidang tanah dari Bpk Saleh Rp.52 juta.
Tahap ketujuh: pembelian sebidang tanah dari Bpk Sareh 6 juta.
Tahap kedelapan: pembelian sebidang tanah dari Bpk Sampiadi Rp. 70 juta.
Jadi jumlah keseluruhan tanah pura yang semula seluas 612 m2 sekarang menjadi 3.966m2.

Atas dasar landasan tersebut diatas dan tuntunan maupun petunjuk dari Brahman ,Para Dewa dan Para leluhur dan dengan hati nurani yang tulus ikhlas maka terwujudlah semua pelinggih yang ada di Pura Penataran Luhur Medang Kamulan dimulai dari pembuatan Pelinggih Lingga Yoni dan Surya Mojopahit dan dilanjutkan semua pelinggih yang ada di Mandala Utama, Mandala Madya, Mandala Nista dan Pembejian. Dan diiringi dengan adanya sebuah Panji Medang Kamulan Nusantara Sejati sebagai simbul semangat juang dan kebesaran dari Pura Penataran Luhur Medang Kamulan. Pada hari selasa kliwon perangbakat tanggal 04 oktober 2011 di Pura Penataran Luhur Medang Kamulan diadakan upakara ngeruwak dan mulang dasar nyikut pewidangan mandala utama oleh Ida Pedanda Gde Anom Jala Karana Manuaba dari Griya Bila Wali Kenjeran Surabaya.Pada tanggal 31 agustus 2012 Purnama ketiga diadakan upacara melaspas mandala utama Pura, adapun yang muput upacara yaitu : Ida Pandita Sri Mpu Nabe Daksa Samyoga dari Kelaci Marga Tabanan dan Ida pedanda Gede Putra Telabah dari Griya Kuta Bali.

Pada tanggal 13 Pebruari 2014 dalam rangkaian acara Nedunang Ida Batara Dalem Medang Kamulan (di tandai dengan meletusnya gunung Kelud) dan pada Purnama Kawulu, Jumat Tanggal 14 Pebruari 2014 telah dilaksanakan Upacara Ngenteg Linggih yang dipuput oleh Pandita Dukun Hasta Brata dan Pandita Dukun Eko Warnoto dari Tengger dan Ida Pandita Mpu Agni Satya Wadi Winatha Daksa. Untuk Piodalan tahun 2015 ini dilaksanakan pada Purnama Kawulu Selasa, 03 Pebruari 2015 yang dipuput oleh Pandita Dukun Hasta Brata dan Pandita Dukun Eko Warnoto dari Tengger, Ida Bhujangga Rsi Hari Anom Phalguna dan Ida Bhujangga Rsi Istri Hari Laksmi dari Pasraman Agung Giri Taman Griya Batur Bhujangga Waisnawa – Jembrana – Bali, Ida Rsi Nabe Bujangga Sangging Prabhangkara Dwijasana dari Geria Kawan Ganggawati – Bangli, Ida Ratu Bhagawan Agra Sagening dari Griya Busung Megelung – Kediri Tabanan serta Ida Pandita Mpu Nabe Acharya Dharma dari Karangasem dan pada hari bersamaan dilaksanakan pengukuhan dari para sulinggih kepada Bapak Kadek Sumanila beserta istri sebagai Jero Sepuh Lanang Istri Medang Kamulan

Jero Sepuh LMK Arya Kadek Sumanila mempunyai keinginan yang kuat untuk menggunakan konsep Hindu Jawa pada sendi kehidupan Umat Hindu di Jawa. Hal ini diterapkan di Pura Penataran Luhur Medang Kamulan yang mana pelinggih-pelinggih pura menggunakan model jawa. Adapun pelinggih tersebut adalah Padma Candi, Gedong Lingga Kamulan, Penglurah Sakti, Arca Ken Dedes, Petirtan Tri Utama Suci, Dewa Ganesa, Hyang Panji Medang Kamulan Nusantara Sejati, Tri Suci Maha Rsi (Rsi Agastya, Rsi Markendya dan Mpu Kuturan), Lingga Yoni, Surya Majapahit, Hyang Semar dan Beji Sumber Kahuripan Sendang Kamulyan. Hal ini dapat dilihat dari Gedong Lingga Kamulan merupakan pemujaan kepada Leluhur dan Roh Suci yang disebut dengan Bethara. Didalamnya terdapat Rong Tiga yaitu Bapanta ring Tengen, Ibunta ring Kiwa, Matemahan Sang Hyang Iswara ring Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa roh-roh orang suci zaman dulu yang menyatu dengan Sang Hyang Tunggal yaitu Kamulan Sakti Kamimitan. Disebut juga Ida Bathara Dalem Medang Kamulan (Rsi Agastya atau Ranghyang Dimaraja Manu atau Aji Saka) dari Zaman Kerajaan Majapahit sampai dengan Kerajaan Medang Kamulan.

Adapun urutan persembahyangan yaitu         :

Persembahyangan di Pembejian sumber Kahuripan sendang Kamuliaan
Persembahyangan di Linggayoni, Surya Majapahit dan Hyang Semar
Persembahyangan di Tri Suci Maha Rsi (Rsi Agastya,Rsi Markendya Dan Mpu Kuturan).
Persembahyangan di Mandala Utama Prahyangan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi Dewa Siwa, Sadasiwa dan Paramasiwa dan juga Ida Bhatara Dalem Medang Kamulan.
Bagi umat sedharma yang nunas /nuwur Tuhurtaja kemulan sebelum mepamit melaksanaka murwa daksina di mandala utama sebanyak tiga kali diiringi dengan doa kirtanam “Om Namah Siwaya”
Adapun ciri khas dari Pura Penataran Luhur Medang Kamulan adalah:

Adapun Piodalan dilaksanakan pada Hari Sasih ” PURNAMA KAWULU” dengan rangkaian upacara sebagai berikut:

Upacara pendahuluan:
Jero Sepuh Lanang Istri Medang Kamulan melaksanakan Matur Piuning sebelum upacara nancep karya.
Nunas Wastra Hyang Semar ke Gunung Arjuno
Nunas Tirta Pakuluh dan Ngaturang Piuning ke-23 Pura wilayah Surabaya 8, Sidoarjo 3, Gresik 4, Mojokerto 7 dan Lamongan 1.
Larung Sesaji dan Penyucian Panji Medang Kamulan Nusantara Sejati Ke Pantai Ngliyep – Malang Selatan
Upacara Piodalan dan Upacara Nitya Karma menggunakan Sesajen / Banten Hindu Medang Kamulan yang mengambil dasar Banten Tengger.
Adanya konsep yang sudah terbentuk Tuhurtaja Kemulan ( Restu Leluhur Tanah Jawa) yang merupakan konsep untuk menyambungkan Leluhur Tanah Bali dengan Leluhur Tanah Jawa yang sudah lama terputus dan ini sudah menjadi tradisi setiap umat yang metirtayatra ke pura Penataran Luhur Medang Kamulan.
Pada saat pelaksanaan puncak acara piodalan ada tarian sakral Athiti Dharma Trimurti yang ditarikan sama ibu-ibu yaitu: Jero Sepuh IMK Arya Nyoman Sriyani, Ibu Mangku Sri Ngatin Nengah Mariasa dan Ibu Ni Ketut Nurhoki Arsha Putra ataupun konseptornya Jro Sepuh LMK Arya Kadek Sumanila dan sedangkan untuk nama Athiti Dharma Trimurti diberikan oleh Ida Pedanda Gde Anom Jala Karana Negara Manuwaba. Dan pada waktu upacara nyineb ada Tarian Sakral Tari Siwa Tandava yang dibawakan oleh Sanggar Pancer Langit Desa Kapal Denpasar dan tarian mesolah TOPENG JOYOBOYO yang akan di solahkan sama Jro Sepuh Lanang MK Arya Kadek Sumanila.
Adapun rencana kedepan adalah dibuatnya konsep Kawitan Pusat Keluarga Besar Medang Kamulan dan pembangunan pelinggih Hyang Patih Gajah Mada, Lukisan Dewi Kanjeng Ratu Kidul dan Pelinggih Bhagawan Wiswakarma.


Pengurus Rumah Tangga Pura Penataran Luhur Medang Kamulan:

Jero Sepuh Lanang Istri Medang Kamulan : Jero Sepuh LMK Arya Kadek Sumanila
Jero Sepuh IMK Arya Nyoman Sriyani
Pinandita : Jero Mangku Nuriyadi
Jero Mangku Timbul
Jero Mangku Supardi
Jero Mangku Komang Budiasa
Jero Mangku Drs. I Nengah Mariasa, M.Hum
Penasehat : Laksda TNI I Nyoman Gede Nurija Ary Atmaja,SE
Pinandita Dr. Drs. I Nyoman Murba Widana M.Ag
Prof. Ir. I Nyoman Sutantra, M.Sc Ph.D
Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc
Putu Ivan Yunatana
I NYOMAN SUDAPET, SE.MM
Ir I Ketut Sukarta
Anak Agung Ketut Arimbawa
Mangku Putu Agus
Sai
Talib
Ketua : Jero Sepuh LMK Arya Kadek Sumanila
Wakil Ketua : Ir. I Gusti Putu Raka Arthama
Bendahara : Made Suartana
Sekretaris : Made WK
Seksi Umat : Kasiyadi
Seksi Umum : Purwadi
Yamat
Seksi Perlengkapan : Giman
Marif
Tomo
Niti Saiman
Jembadi
Anggota : Para Bakta seluruh Nusantara
Di awal tahun 2015 Bapak Dirjen Bimas Hindu Kementrian Agama RI Prof. Drs. I Ketut Widnya, M.Phil dan Pembimas Hindu Jawa Timur, Ida Bagus Made Windya, S.Ag, M.Ag. melakukan kunjungan ke Pura Penataran Luhur Medang Kamulan dan adapun harapan agar pengurus Pura tetap eksis dan komitmen untuk mempertahankan, menjaga dan melestarikan apa yang sudah menjadi tradisi, budaya dan sesajen yang sudah dilaksanakan atau berjalan di Pura Penataran Luhur Medang Kamulan. Adapun sumber anggaran yang digunakan adalah bantuan dari lembaga pemerintah yaitu : Provinsi Bali, DPRD Tk.1 Bali, Dirjen Bimas Hindu Kemenag RI dan PHDI Provinsi Jatim / Kabupaten Gresik, Yayasan Padma Siwa Buana dan Pemda Kab. Gresik. Dan bantuan dari umat diantaranya : Laksda TNI I Nyoman Gede Ary Nurija, SE , Ibu Ni Kadek Rohita, Anak Agung Ketut Arimbawa, Ir I Ketut Sukarta, Mangku Putu Agus, Ir I Gusti Putu Raka Arthama, Prof Ketut Budha Arthana, Putu Ivan Yunatana dan masih banyak lembaga atau perorangan yang mana kami tidak bisa sebut satu persatu dan atas rasa baktinya semua para bakta/ bakti semoga Brahman, Para Dewa dan Para Leluhur yang bersthana di Pura Penataran Luhur Medang Kamulan memberikan waranugraha keselamatan, kebahagiaan dan kesuksessan. Dan terima kasih banyak atas semua pengabdian dan perjuangannya selama ini tanpa mengenal lelah demi berbakti kepada leluhur kita yang bersthana di Pura Penataran Luhur Medang Kamulan baik dari awal sampai sekarang ini, yaitu Bapak Sai, Bapak Made Suartana, Bapak Mangku Komang Budiasa, Bapak Mangku Supardi, Bapak Purwadi dan seluruh keluarganya yang telah mendukung dan juga seluruh umat Desa Mondoluku.Dan untuk kegiatan lain lain banyak dibantu oleh umat dari berbagai daerah baik Gresik, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan dan seluruh umat yang ada di seluruh Nusantara. Dan dibantu oleh Paguyuban Pinandita Dharma Kriya Shanti.

Dan atas waranugraha Brahman, Para Dewa dan Para Leluhur hampir ribuan jumlahnya umat Nusantara khususnya umat dari Bali hampir semua sudah pernah tangkil atau sembahyang di Pura Penataran Luhur Medang Kamulan dan mereka semua sangat antusias untuk memuja leluhurnya sendiri dan mereka sangat merasakan suasana terharu dan penuh kedamaian.

Demikian sejarah singkat tentang lahirnya dan terwujudnya Pura Penataran Luhur Medang Kamulan yang merupakan sthananya para leluhur Nusantara dari peradaban Kerajaan Majapahit sampai dengan Kerajaan Mataram Kuno (Medang Kamulan) dan dengan diwujudkan pelinggih GEDONG LINGGA KAMULAN yang didalamnya ada rong tiga.

Bagi umat sedharma yang melaksanakan Dharmayatra ke Pura Penataran Luhur Medang Kamulan, bisa hubungi: Jero Sepuh LMK Kadek Sumanila (082343444222), SAI (085231287827), Ir I Gusti Putu Raka Arthama (08113384965), Made Suartana (082124793255), Mangku Timbul (081217860367), Purwadi (082244502024), Mangku Komang Budiasa (081231980007), Kasiyadi (081259846818).

Alamat: PURA PENATARAN LUHUR MEDANG KAMULAN DUSUN BUKU DESA MONDOLUKU KECAMATAN WRINGINANOM KABUPATEN GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR.

Sumber: https://puramedangkamulan.wordpress.com/sekilas-pura/