Rabu, 30 Maret 2016

Simakrama Provinsi Jawa Timur: Pererat Persaudaraan Umat Hindu


Bimas Hindu Jawa Timur Menyerahkan Kenang-Kenangan kepada Pandita di Jawa Timur


Ratusan Umat Hindu Hadir Dalam Simakrama Bimas Hindu Jawa Timur


Penyerahan Kenang-Kenangan Bimas Hindu Jawa Timur kepada Pandita


Hiburan Tari Kebyar Duduk


Umat Hindu Jawa Timur Santap Siang Bersama Usai Simakrama

Bimas Hindu menampilkan Tari Remo sebagai tari pembukaan Simakrama

Memberikan Dharma Wacana sembari 'mendalang', Yuliana sukses membina sekaligus menghibur umat Hindu Jawa Timur dalam Simakrama Bimas Hindu Jawa Timur Tahun 2016


Empat perempuan muda nan lincah dan energik menarikan Tari Remo. Tari penyambutan ini mengisahkan tentang keberanian seorang pemimpin yang berjuang dalam medan pertempuran. Berdurasi sekitar 5 menit, tari ini sukses menghibur para hadirin.
Ratusan umat Hindu perwakilan dari seluruh kabupaten di Provinsi Jawa Timur hadir dalam Simakrama yang digelar oleh Bimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur, Sabtu (19/3/2016). Pembimas Hindu Jawa Timur, Ida Made Windya mengatakan Simakrama ini rutin digelar setiap tahun.
“Selain untuk menjalin silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan, Simakrama ini juga untuk membangun pengetahuan, pemahaman, serta persepsi yang sama untuk mencapai kehidupan yang lebih baik,” kata Ida Made Windya.
Kepala Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur, Mahfud Shodar, dalam sambutannya yang diwaliki oleh Robertus Angkowo mengungkapkan sangat mengapresiasi kegiatan Simakrama. Ia berharap melalui Simakrama bisa menciptakan kerukunan antar umat beragama.
“Semoga melalui kegiatan Simakrama bisa membangun iklim keagamaan yang kondusif bagi perkembangan masyarakat yang dinamis, progresif, toleran dan damai, dasar nilai keagamaan dan kekayaan budaya yang berkeadaban,” imbuh Robertus.
Adapun rangkaian acara dan hiburan antara lain tari Kebyar Duduk, Dharma Wacana, hingga penyerahan kenang-kenangan kepada Pandita oleh Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.
Dalam kesempatan tersebut, hadir Ketua Provinsi Jawa Timur, I Ketut Sudiartha, Pandita, Guru Agama Hindu serta perwakilan PHDIWHDI, dan Peradah Kab/Kota se Jawa Timur. *Titah

Ajak Umat Hindu Bijak Dalam Mengakses Media Sosial

Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur, Ida Made Windya, S.Ag 
memberikan materi.



 Sekretaris PHDI Jatim, I Gusti Ketut Budiartha memberikan materi kepada Umat Hindu Pasuruan

 Umat Hindu Pasuruan Bertanya Seputar Kebijakan Media Sosial



Pembimas Hindu Jawa Timur, Ida Made Windya, S.Ag menyerahkan 
Bantuan Punia dari peserta dialog kepada panitia Dharma Santi Provinsi Jawa Timur

Dosen ITS Surabaya, Prof. Ir. I Nyoman Sutantra, M.Sc., Ph.D 
memberikan materi kepada Umat Hindu Pasuruan

Keberadaan media sosial sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk mengakses informasi. Bagi umat Hindu, salah satu fungsi media sosial adalah untukmengakses dan menyebarkan informasi mengenai agama Hindu ke seluruh lapisan masyarakat. Namun, belakangan ini, media sosial justru disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu.
Bimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur menggelar kegiatan Dialog dengan mengambil tema “Media Sosial Sebagai Sarana Informasi Untuk Peningkatan Pelayanan Kehidupan Umat Beragama”. Tampak ratusan umat Hindu hadir di Pura Widya Karana, Desa Kayukebek, Pasuruan, Jawa Timur. Beberapa diantara mereka merupakan pinandita, tokoh agama, cendikiawan, serta muda-mudi Hindu.
Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur, Ida Made Windya mengatakan kegiatan Dialog rutin digelar tiap tahun. “Melalui dialog ini, kita mengangkat isu-isu aktual tentang agama Hindu, salah satunya peranan media sosial, sehingga nantinya diharapkan bisa menambah wawasan umat Hindu, sekaligus meningkatkan pelayanan terhadap kehidupan umat beragama,” kata Made Windya, (13/3) di Pura Widya Karana.
Media sosial bisa berperan ganda, jika digunakan secara bijak untuk hal positif, maka akan sangat bermanfaat, termasuk untuk pembinaan keagamaan melalui media massa. Namun jika digunakan untuk hal negatif maka akan menghancurkan kehidupan.
Dosen Institut Teknologi Surabaya, I Nyoman Sutantra mengungkapkan ada empat penyebab terjadinya pelecehan umat Hindu di media sosial. “Para pelaku biasanya mereka kurang mengerti tentang hal yang mereka sebarkan di media sosial, cari sensasi, ada kepentingan tertentu, dan memang sengaja melecehkan,” ungkap Nyoman Sutantra.
Sutantra menambahkan, seharusnya media sosial digunakan untuk memberikan informasi yang positif. Kasus pelecehan tersebut bisa diselesaikan dengan metode Pandawa, pertama dihadapi dengan Dharma Agama  (Yudistira), lalu baru diselesaikan dengan hukum (Bima).
Sekretaris PHDI Jatim, I Gusti Ketut Budiartha mengatakan, media sosial tidak bisa dibatasi. “Setiap permasalahan hendaknya dicarikan solusi, bisa melalui dialog sehingga bisa diketahui akar masalahnya lalu bisa bersama-sama menemukan solusi,” imbuh Ketut Budiartha.
Bimas Hindu Jawa Timur juga memberikan bantuan dana punia dari peserta dialog kepada panitia Dharma Shanti Jawa Timur. Bantuan tersebut diberikan kepada umat sebagai rasa solidaritas umat. Selanjutnya, panitia Dharma Shanti menggelar Bakti Sosial pembagian sembako kepada masyarakat miskin dan pengobatan gratis kepada umat Hindu Pasuruan. *Titah

Umat Hindu Magetan dan Eks Karesidenan Madiun Gelar Pawai Ogoh-Ogoh


Ogoh-Ogoh ala Umat Hindu Magetan dan Eks Karesidenan Madiun



Pembimas Hindu Jawa Timur, Ida Made Windya, S.Ag memberikan Bantuan Buku Agama Hindu kepada Umat Hindu Magetan dan Eks Karesidenan Madiun


Anak-anak riang gembira membawa obor mengiringi Ogoh-Ogoh.

Umat Hindu Magetan dan Eks Karesidenan Madiun suntuk mengikuti Persembahyangan

Dua ogoh-ogoh menyerupai ‘Sang Kala’, raksasa dan badak, diarak di sekitar Pura Sanggha Bhuwana Lanud Iswahyudi, Kabupaten Magetan. Ratusan umat Hindu dari Kabupaten Magetan dan eks Karesidenan Madiun sangat antusias ikut dalam pawai ogoh-ogoh
Anak-anak riang gembira membawa obor dan pentungan sambil sesekali menoleh ke belakang untuk melihat kegagahan ‘Sang Kala’. Masyarakat sekitarpun berduyun-duyun mengabadikan fenomena ‘langka’ tersebut dengan smartphone mereka.
Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur, Ida Made Windya mengatakan walaupun jumlah umat Hindu Magetan dan eks Karesidenan Madiun sedikit, namun hal tersebut tidak mengurangi semangat kebersamaan umat Hindu di Magetan dalam mengikuti seluruh rangkaian upacara menyambut Nyepi, termasuk upacara Tawur Agung Kesanga.
“Jika pada umumnya masyarakat merayakan Tahun Baru dengan pesta kembang api, umat Hindu justru berbeda. Mereka memaknai pergantian waktu dengan kegiatan ritual Catur Brata Penyepian,” kata Made Windya, Selasa (08/03) di Pura Sanggha Bhuwana Lanud Iswahyudi.
Made Windya menambahkan, pada Dharma Santih mendatang, hendaknya umat Hindu bisa lebih menyayangi, serta bisa semakin mempererat rasa kebersamaan. Seperti halnya kepompong yang ‘lahir’ kembali menjadi kupu-kupu nan indah, begitu juga dengan manusia yang ‘lahir’ kembali menjadi pribadi yang lebih baik.
Ketua PHDI Kabupaten/Kota Madiun, I Gede Agus Prayatna berharap agar umat Hindu Magetan dan eks Karesidenan Madiun bisa terus aktif dalam berbagai kegiatan di pura sehingga bisa mempererat rasa kebersamaan antar umat Hindu. Agus Prayatna berharap pada hari raya Nyepi, umat bisa melaksanakan tapa yoga brata semadi dengan baik.
“Semoga pada hari raya Nyepi, umat Hindu bisa mengendalikan diri dan mawas diri, Selain itu, diharapkan pada tahun-tahun berikutnya, umat bisa hadir dalam berbagai kegiatan pura, seperti pada saat MelastiTawur Agung Kesanga dan Dharma Santih, sehingga kegiatan bisa semakin semarak,” imbuh Agus Prayatna.
Ketua Panitia Hari Raya Nyepi setempat, Mayor Sus I Wayan Sudartika pada Tawur Agung Kesanga mengatakan pada Tawur Agung Kesanga kali ini, setelah selesai mengarak dan membakar ogoh-ogoh, umat Hindu menggelar persembahyangan bersama di Pura Sanggha Bhuwana Lanud Iswahyudi sebagai simbol pembersihan diri dan sujud bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
Bimas Hindu Jawa Timur juga memberikan bantuan puluhan buku agama Hindu kepada umat Hindu Magetan dan eks Karesidenan Madiun. Made Windya berharap buku tersebut dapat meningkatkan minat baca umat Hindu sehingga bisa meningkatkan kualitas SDM umat.
 *Titah

Umat Hindu Malang Sucikan Diri dengan Jalanidhi Puja


Penari Nata Mudra Karana berliak-liuk mengikuti irama gamelan

Pembimas Hindu Jawa Timur, Ida Made Windya memberikan sambutan dalam ritual Melasti di Pantai Balekambang, Kab. Malang 
  


 Umat Hindu Jawa Timur Bersiap-Siap Mengikuti Persembahyangan Ritual Melasti di Pantai Balekambang, Kab. Malang


Ribuan umat Hindu tumpah ruah di Pantai Balekambang, Malang untuk mengikuti kegiatan Jalanidhi Puja/Melasti. Beberapa penari Nata Mudra Karana berliak-liuk mengikuti irama gamelan. 
Tari sakral bagi umat Hindu ini biasanya dilakukan sebelum ritual Melasti digelar sebagai persembahan kepada Dewata Nawa Sanga yang menjaga sembilan penjuru mata angin.
Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur, Ida Made Windya mengungkapkan serangkaian menyambut hari raya Nyepi, umat Hindu hendaknya melakukan tapa, brata, yoga, dan semadi.
“Ada beberapa tahapan yang dilakukan umat Hindu dalam menyambut hari raya Nyepi, antara lain introspeksi diri, kontemplasi, proyeksi dan Dharma Santih,” ungkap Made Windya, Senin (7/3) di Pantai Balekambang.
Made Windya menambahkan, introspeksi diri yakni Mulat Sarira, mengevaluasi apa yang sudah dan belum dilaksanakan, lalu dilanjutkan dengan kontemplasi yakni perenungan yang dalam. Setelah kontemplasi, kemudian umat bisa melakukan proyeksi, misal jika ada program ataupun kegiatan yang belum dilaksanakan agar segera diselesaikan. Terakhir Dharma Santih, yakni merupakan ajang silahturahmi dan saling memaafkan.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Malang, Sutomo Adiwijoyo mengatakan setelah tari Nata Mudra Karana ditampilkan, dilanjutkan dengan ritual Mendak Toya Anyar. Salah satu ritualnya mengambil air laut sebagai simbol penyucian diri bagi umat Hindu.
“Setelah ritual Mendak Toya Anyar selesai, dilanjutkan dengan pelarungan 41 Jolen ke laut. Jolen tersebut berasal dari perwakilan dari masing-masing Pura yang ada di Malang Raya,” kata Sutomo Adiwijoyo. Adapun tujuan keseluruhan ritual agar umat Hindu mendapatkan keberkahan dan selalu berada dalam perlindunganNya.
Pada kesempatan itu, Sutomo juga mengucapkan terima kasih atas bantuan gamelan pelog selendro yang diberikan oleh Bimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur kepada PHDI Kabupaten Malang. Sutomo berharap dengan adanya gamelan tersebut, umat Hindu Malang bisa semakin termotivasi untuk terus melestarikan seni budaya Jawa. *Titah

Selasa, 15 Maret 2016

Sucikan Diri, Tingkatkan Keharmonisan




Wakil Walikota Blitar Larung Sesaji di Pantai Jolosutro, Blitar


Pembimas Hindu Jawa Timur, Ida Made Windya memberikan sambutan kepada umat Hindu Blitar


Puluhan ribu umat Hindu rela berpanas-panasan sembari menunggu persembahyangan dimulai


Umat Hindu Blitar

Larung Sesaji


Menyambut hari raya Nyepi, puluhan ribu umat Hindu, baik dari Blitar maupun dari berbagai daerah lainnya tumpah ruah di pantai Jolosutro. Berpakaian ala Hindu Jawa, mereka rela sembahyang berpanas-panasan di bawah terik matahari mengikuti Upacara Melasti. Upacara yang rutin digelar tiap tahun oleh PHDI Kabupaten/Kota Blitar ini sukses menyedot perhatian publik.

Wakil Bupati Kabupaten Blitar, Marhaenis Urip Widodo, mengatakan pemerintah daerah Blitar sangat mendukung upacara Melasti yang diselenggarakan oleh umat Hindu Blitar. “Kerukunan umat beragama di daerah Blitar sangat luar biasa sehingga semua kegiatan lintas agama bisa terlaksana dengan baik, salah satunya Upacara Melasti. Selain itu, Upacara Melasti juga telah membangkitkan wisata Budaya yang ada di daerah Blitar,” kata Urip Widodo, Kamis (03/02) di Pantai Jolosutro.

Widodo menambahkan, walaupun akses jalan menuju Pantai Jolosutro sudah beraspal, namun masih kurang lebar. Pihaknya berjanji akan memperlebar jalan sekaligus menghotmix sehingga selain mendukung upacara Melasti, Pantai Jolosutro juga akan semakin mudah diakses oleh wisatawan. Pada kesempatan itu, Widodo juga turut serta berbasah-basahan Larung Sesaji bersama umat Hindu.

Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur, Ida Made Windya mengungkapkan pemerintah daerah Blitar agar memberikan pengayoman kepada umat Hindu yang ada di daerah Blitar. “Pemerintah Daerah Blitar selaku guru wisesa wajib memberikan pengayoman kepada umat Hindu yang ada di Blitar. Salah satunya dengan mengangkat guru Hindu sebagai Pembina umat Hindu di Blitar,” ungkap Made Windya.

Dalam menyambut hari Raya Nyepi, ada empat hal yang harus dilaksanakan, antara lain upacara Melasti untuk menyucikan Bhuana Agung dan Bhuana Alit, di mana laut merupakan simbol peleburan segala kotoran dan penyakit. Lalu upacara Tawur Agung Kesanga sebagai simbol harmonisasi Bhuana Agung dan Bhuana Alit, sekaligus sebagai upaya untuk mensinergikan alam semesta dengan diri sendiri. 

Selanjutnya, pada hari raya Nyepi, umat melakukan Catur Brata penyepian, introspeksi diri, Mulat Sarira. Terakhir Dharma Santih, di mana umat Hindu wajib saling memaafkan sehingga Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma bisa tercapai.

Ketua PHDI Kabupaten/Kota Blitar, Lestari, sangat mengapresiasi dukungan dan semangat seluruh elemen masyarakat dalam melaksanakan Upacara Melasti. “Upacara Melasti kali ini tak lepas dari dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Blitar, umat Hindu serta seluruh pihak yang telah membantu terselenggaranya Upacara Melasti tahun 2016,” kata Lestari.

Melalui Upacara Melasti, Lestari berharap terciptanya Tri Hita Karana, antara lain Parahyangan keharmonisan antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Pawongan keharmonisan antara manusia dengan manusia, dan Palemahan dengan manusia dengan lingkungan.

Ketua Panitia Nyepi Kabupaten/Kota Blitar, Agus Priyatno, menambahkan Upacara Melasti tahun ini dipuput oleh Singgih Pandita Suta Nirmala. Selain itu, PHDI Kabupaten/Kota Blitar bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Blitar, pada saat Tawur Agung Kesanga menggelar lomba ogoh-ogoh yang diikuti oleh 48 ogoh-ogoh, meningkat dari tahun lalu yang hanya 38 ogoh-ogoh. Uniknya, sebelum ogoh-ogoh diarak, ada dua tari sakral yang dipentaskan, tari Parinata dan tari Graudya. 
*Titah

Bina Umat Hindu, Angkat Isu Aktual



Pembimas Hindu Jawa Timur, Ida Made Windya, S.Ag memberikan materi kepada peserta



Pembimas Hindu Jawa Timur, Ida Made Windya memberikan materi kepada peserta.



Penyematan peserta oleh Kepala Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur, Mahfudh Shodar.


Kepala Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur, Mahfudh Shodar memberikan sambutan


Peserta sedang melakukan senam wajah

Sesi tanya jawab

Peranan penyuluh sangat penting dalam membangun mental, moral, dan ketakwaan umat Hindu hingga ke pelosok daerah. Berbagai tantangan dan problematika di masing-masing daerah tentu berbeda-beda. Penyuluh wajib mengetahui akar permasalahan sehingga bisa menemukan solusi demi meningkatkan kualitas kehidupan umat, baik di bidang keagamaan maupun pembangunan.

Hal tersebut disampaikan oleh Pembimas Hindu Jawa Timur, Ida Made Windya, dalam kegiatan Orientasi Teknik Penyuluhan Bagi Penyuluh Agama Hindu se Jawa Timur. Kegiatan yang diikuti 50 penyuluh non PNS dan 8 Penyuluh PNS ini berlangsung dari 25 s/d 27 Februari 2016.

“Penyuluh wajib mengangkat isu-isu aktual yang ada di daerahnya masing-masing. Selain itu, mereka juga harus jeli, mereka  tidak hanya melihat problematika yang tampak saja, namun juga harus melihat problematika yang laten atau tidak tampak,” kata Made Windya ketika menyampaikan materi di Same Hotel, Malang belum lama ini.

Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Mahfudh Sodar, mengungkapkan Penyuluh Agama merupakan ujung tombak Kementerian Agama dalam melaksanakan penerangan agama di tengah pesatnya dinamika perkembangan masyarakat Indonesia.

“Keberadaan penyuluh Agama Hindu sangat penting bagi Kementerian Agama sebagai aparatur pemerintah memiliki posisi dan tugas fasilitator dalam membangun iklim keagamaan yang kondusif bagi perkembangan masyarakat yang dinamis, progresif, toleran dan damai, dasar nilai keagamaan dan kekayaan budaya yang berkeadaban,” ungkap Mahfudh Sodar sekaligus membuka secara resmi kegiatan Orientasi Teknis Penyuluh yang rutin digelar tiap tahun.

Hadir sebagai pemateri antara lain Ali Sukamto, I Ketut Sudiarta, dan Nyoman Sutantra. Ali Sukamto yang membawakan materi Public Speaking berujar semua hubungan antar manusia akan menjadi baik jika penyuluh agama Hindu bisa mendasarkan dirinya sesuai dengan santun komunikasi. Misalnya menghargai orang lain secara mendasar sebagai manusia (manusiawi), baik dalam sikap, pendapat, berbicara maupun segala sesuatu yang menyangkut kehidupan manusia.

Ketut Sudiarta mengatakan penyuluh umat Hindu harus bisa menguatkan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu, kelembagaan, maupun hubungan atau jejaring antar individu. Sedangkan Nyoman Sutantra mengatakan penyuluh membutuhkan kesadaran Dharma di dalam menyampaikan pesan kedamaian kepada umat yang tengah menghadapi berbagai isu-isu aktual. 

Kesadaran Dharma antara lain pertama, sadar bahwa Hindu dan Agama-Agama serta semua kepercayaan diciptakan Tuhan secara damai dan harmonis. Kedua, sadar bahwa agama diciptakan jalan rukun, damai jasmani rohani demi tercapainya pendakian spiritual menuju Sang Pencipta. Ketiga, sadar bahwa dengan beragama umat Hindu bisa mencapai kehidupan yang rukun, damai, harmonis, adil sejahtera.

Penyuluh asal Kediri, Puthu Adi Sasmito sangat mendukung terselenggaranya kegiatan ini. “Semoga ke depan kegiatan ini bisa terus diselenggarakan sehingga bisa menambah wawasan penyuluh agama Hindu mengenai teknik-teknik menyuluh yang baik dan benar,” pungkas Adi Sasmito. *Titah