OM SWASTYASTU
19 April 2015.
Dharma Shanti Provinsi Jawa Timur
Astungkare berjalan dengan lancar. dihadiri oleh ribuan umat dari
berbagai kabupaten di Jawa Timur.
Sesuai absen tercatat 5.436 umat yang memenuhi Gor Tri Dharma P.T Petro Kimia Gersik.
tidak hanya di dalam gedung, antusias umat pun terlihat diluar gedung
karena kapasitas gedung yang sebenarnya hanya untuk 3000 undangan.
diluar gedung telah disdiakan Terob yang dilengkapi dengan layar besar
sehingga umat bs menyaksikan penampilan yang ada di panggng dalam gedung secara live.
suksme kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa..
Suksme kepada para instansi terkait yang turut mensukseskan Acara ini..
suksme kepada Panitia Dharma Shanti Tahun Baru Saka 1937 Provinsi Jawa Timur yang di ketuai oleh bapak Nyoman Anom Mediana..
Terimakasih juga kepada seluruh umat hindu provinsi jawa timur..
akhir kata kami ucapkan Om Shanti Shanti Shanti om..
#latepost
Rabu, 22 April 2015
Bangkit dari Keruntuhan Majapahit
Pura Giri Selaka
Ketika
Kerajaan Majapahit runtuh abad ke-14, para manggala kerajaan berucap,
"Boleh saja kerajaan mereka dihancurkan, tetapi tunggu lima ratus tahun
lagi anak cucu mereka akan bangkit dan menagih kembali bekas wilayah
Majapahit." Itulah yang diyakini sebagian besar umat Hindu Banyuwangi,
sehingga kini ada kebanggaan bagi mereka untuk kembali ke agama Hindu. Semangat
itulah yang menyertai pelaksanaan piodalan di Pura Giri Selaka, Alas Purwo,
pada hari Pagerwesi, Rabu (11/9) lalu. Bagaimana kondisi umat Hindu di sekitar
Ala Purwo saat ini? Masalah apa yang dihadapi umat Hindu di sana untuk kembali
kepada jati diri sebagai Hindu?
Mendengar
nama Alas Purwo, imajinasi orang pasti akan tertuju pada sebuah kawasan hutan lebat.
Hal itu memang benar, Alas Purwo adalah sebuah kawasan hutan Taman Nasional di
bawah lingkup Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Lantas apa hubungannya
antara Pura Giri Selaka dan Alas Purwo itu?
Itulah
fenomena yang tampaknya mengiringi keberadaan hampir semua pura bersejarah,
tidak saja di Bali namun juga di Jawa. Untuk menuju Pura Alas Purwo yang
disungsung umat Hindu Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi, para pemedek mesti
memasuki kawasan hutan Taman Nasional Alas Purwo. Dari pintu depan kawasan hutan
Taman Nasional, diperlukan waktu satu jam menuju Pura Giri Selaka dengan
kondisi jalan yang belum beraspal.
Di
kanan-kiri kita hanya berjejer hutan jati, dan jumlah masyarakat yang lewat pun
bisa dihitung dengan jari. Bagi pemedek yang tidak menggunakan kendaraan
pribadi, masyarakat sekitar menyiapkan sebuah angkutan tradisional yang lazim
disebut grandong. Angkutan ini mirip sebuah mobil truk, akan tetapi mesinnya
menggunakan mesin genset. Harga sewanya menuju Pura Giri Selaka sekitar Rp
2.500 per sekali angkut.
Untuk
menemukan Pura Giri Selaka, memang harus siap banyak bertanya kepada masyarakat
di sepanjang perjalanan. Jika tidak, jangan harap perjalanan bisa lancar,
apalagi baru sekali-dua kali ke tempat tujuan. Pasalnya, banyak cabang jalan
yang tanpa pelang nama Alas Purwo, sehingga perjalanan dari Bali menuju Alas
Purwo bisa kita tempuh 9-10 jam dengan kondisi seperti itu.
Pura
Giri Selaka berada di tengah hutan dan sekitar tiga kilometernya adalah kawasan
wisata pantai Plengkung, bibir Alas Purwo itu sendiri. Di kawasan ini, memang
tidak ada satu pun rumah penduduk. Kalau mau bermalam, pihak pengelola Taman
Wisata menyediakan sejumlah penginapan sederhana, jaraknya sekitar satu
kilometer dari Pura Giri Selaka. Meski tersedia sejumlah penginapan, tampaknya
para pemedek yang ingin tangkil ke Pura Giri Selaka lebih memilih makemit di
areal pura. Apalagi, areal pura saat ini telah mencapai luas dua hektar hasil
pemberian Menteri Kehutanan sebagai penanggung jawab Taman Nasional
bersangkutan.
Menurut
sesepuh umat Hindu Tegaldlimo, Pemangku Ali Wahono, sebetulnya Pura Giri Selaka
ditemukan secara tidak sengaja oleh umat di sekitarnya pada tahun 1967. Saat
itu, masyarakat Kecamatan Tegaldlimo melakukan perabasan terhadap sejumlah
kawasan hutan Alas Purwo untuk bercocok tanam. Daerah di sekitar pura pun
tampak cukup makmur dengan hasil palawijanya. Suatu ketika, di tempat
berdirinya Pura Alas Purwo yang oleh masyarakat disebut Situs Alas Purwo, ada
sebuah gundukan tanah.
Masyarakat
ingin meratakan dan menjadikan lahan cocok tanam. Tanpa diduga, ada
bungkahan-bungkahan bata besar yang masih tertumpuk. Persis seperti gapura
kecil. Lantas masyarakat sekitarnya membawa bungkahan bata-bata itu ke
rumahnya. Ada yang menjadikan bahan membuat tungku dapur, ada juga untuk
membuat alas rumah. Rupanya, keluguan masyarakat itu telah menyebabkan
munculnya musibah bagi warga yang mengambil bata-bata tersebut.
Selang
beberapa saat setelah mengambil bata itu, semuanya jatuh sakit. Pada saat
itulah, ada sabda agar bongkahan batu bata tersebut dikembalikan ke tempatnya
semula. Bongkahan-bongkahan itu adalah tempat petapakan maharesi suci Hindu
zaman dulu. Meski belum ada catatan resmi dalam prasasti, masyarakat
mempercayai yang malinggih di situs Pura Alas Purwo adalah Empu Bharadah.
Tetapi, ada juga yang menyebut Rsi Markandiya sebelum mereka menuju Bali.
Selanjutnya, masyarakat setempat sangat yakin dengan kekuatan dan kesucian
situs Alas Purwo tersebut. Sampai ada keinginan seorang warga untuk memagari
situs itu agar aman dari jangkauan orang jahil. Akan tetapi, belum sampai
tuntas mewujudkan keinginannya, warga tersebut keburu meninggal. Dari kejadian
itu didapatkan sabda, kalau situs Alas Purwo itu wajib dipuja semua umat
manusia di muka bumi ini tanpa dibatasi sekat-sekat golongan.
Kemudian
ada upaya dari pihak Dinas Purbakala untuk menjadikan situs Alas Purwo sebagai
benda peninggalan sejarah. Di sisi lain, umat Hindu yang mayoritas bertempat
tinggal di sekitar Mariyan -- nama kawasan yang telah dibabat hutannya itu --
tetap meyakini kalau situs itu adalah milik nenek moyang Hindu zaman dulu.
Untuk menghindari adanya kejadian yang tak diinginkan, umat Hindu akhirnya
membuatkan sebuah pura, sekitar 65 meter dari situs Alas Purwo saat ini.
Sementara situs itu sendiri dibiarkan seperti semula, namun tetap menjadi
tempat pemujaan bagi semua umat manusia, tak terbatas hanya umat Hindu.
Bicara
soal kesucian dan keajaiban situs Alas Purwo ini, memang berderet peristiwa
menjadi pengalaman masyarakat penyungsung-nya. Itulah sebabnya, sejumlah
pejabat maupun mantan pejabat terkenal pernah melakukan pemujaan di situs Alas
Purwo ini. Tujuannya pun bermacam-macam. "Hampir semua yang di-tunas,
kesuecan Ida Batara yang malinggih di sini. Hanya, semua kembali kepada
swakarma-nya," ujar Mangku Adi, salah seorang pemangku setempat. Seiring
dengan perjalanan waktu, pada tahun 1972 ada kebijakan Departemen Kehutanan dan
Perkebunan untuk menagih kembali lahan hasil rabasan penduduk di kawasan
Mariyan tersebut. Secara bertahap lahan dikembalikan menjadi hutan jati seperti
sekarang ini, dan semua penduduk yang melakukan perabasan hutan itu kembali ke
kampung masing-masing. Proses pengembaliannya ini selesai pada tahun 1975.
Setelah itulah, situs Alas Purwo tinggal pada kesendiriannya, jauh dari rumah penduduk.
Meski
demikian, Departemen Kehutanan memberikan kebebasan kepada mayarakat yang ingin
melakukan persembahyangan atau pun meditasi di situs tersebut. Apalagi, umat
Hindu yang kini telah kembali "pulang" ke kawitan-nya setelah
peristiwa G-30-S/PKI tahun 1965 lalu. Mereka beranggapan sekaranglah
kebangkitan Hindu itu akan terbukti, setelah 500 tahun runtuhnya Majapahit pada
abad ke-14. Dan, itu salah satunya dimulai dari kerinduan umat Hindu Banyuwangi
untuk menelesuri jejak nenek moyangnya. Diharapkan, dari situs Alas Purwo
inilah bisa jadi sumbu penghubung Hindu tanah Jawa kelak.
Saksi Bangkitnya Umat Hindu di Tanah Jawa
Saksi Bangkitnya Umat Hindu di Tanah Jawa
Pura yang terletak di tepi pantai yang disebut Pulo Merah, Desa Tawang Alun, Pesanggaran, merupakan saksi bangkitnya umat Hindu di tahan Jawa.
Pada dasarnya kebesaran Pura Tawang Alun yang didirikan secara phisik tahun 1980, hanya berupa sebuah palinggih Padmasana yang tidak begitu megah. Tetapi luasnya boleh dikatakan cukup memadai. Keberadaan Pura Tawang Alun yang letaknya sangat dekat dengan pantai ini pernah mendapat cobaan secara sekala niskala. Pasalnya tahun 1993 ketika lautan Samudra Selatan memuntahkan lidah ombaknya yang ganas dan memporak-porandakan desa sekitarnya, bangunan Padmasana ini justru masih tetap berdiri kokoh. Seperti tidak tersentuh oleh apa pun. Terjangan Tsunami yang mahadasyat itu tidak mampu merobohkan bangunan saci tersebut. Ini sebuah muzisat yang tidak terpikirkan oleh manusia.
Saat peristiwa itu, muntahan ombak yang mahadasyat itu seolah-olah memberikan peringatan alam yang dengan kalapnya menerjang isi alam yang ada di sekitarnya. Tak pelak perkampungan yang ada di dekat Pura Tawang Alun seketika hancur lebur dan menghanyutkan puluhan rumah krama yang tinggal di dekat pura. Ini merupakan musibah yang paling mengerikan sepanjang sejarah kehidupan manusia di daerah ini. Demikian dikatakan Jro Mangku Midi seorang pengayah yang selalu tenang menghadapi godaan.
Kengerian petaka itu bukan sebatas materi saja, tapi lebih dari itu, banyak nyawa manusia bergelimpangan, begitu juga rumah, hewan, serta semua tanaman yang ada di wilayah ini amblas dihantam gelombang Tsunami. Tidak itu saja, lebih kurang lebih 200 orang menjadi santapan Ratu Lautan Selatan yang di Jawa disebut dengan gelar Nyi Roro Kidul yang ada di pesisir laut. Kejadian alam itu memang sudah berlalu tepatnya tanggal 3 Juni 1993, tapi kenangan pahit itu bagi Mangku Midi Kertiasa tidak pernah terlupakan sepanjang hidupnya, bahkan ketika ditanyakan masalah musibah, Mangku Midi merasa tidak bisa mengatakan dengan sebenarnya. "Sulit saya bayangkan kejadian yang sangat mendadak dan secara kilat itu, kejadian begitu cepat dan tidak lama," katanya seraya mengenang masa lalunya dan satu-satunya Mangku Midi yang selamat dari terjangan ombak Tsunami yang amat ganas itu. Ada pada di balik gempuran Tsunami yang ganas itu dan bagaimana dengan keberadaan pura yang sangat dekat dengan pantai Pulo Merah itu?
Ternyata keunikan itu ada pada pura yang sangat dikeramatkan oleh orang Hindu Pesanggaran. Unik bin ajaib bagian tembok penyengker pura ini hancur berantakan, tapi bagian yang sangat penting, luput dari kejaran amukan ombak yang marah mengejar mangsanya. Palinggih Padmasana satu-satu yang dibikin oleh seorang Dalang bernama Subari tidak pernah digoyahkan oleh terjangan tsunami sedikitpun.
Padmasana ini tidak dirobohkan oleh air yang tingginya mencapai 10 meter itu, katanya mengenang. "Bahkan pisang yang ada di timur atau belakang Padmasana tidak ikut bersama kematian penduduk atau tumbuhan lain yang ikut lenyap ke laut Selatan. Saya tidak mengerti mengapa bisa begitu dan siapa yang melindungi palinggih utama itu, saya tidak tahu dan tidak masuk diakal," sambungnya kepada repoter Raditya. Mangku Midi hanya yakin dengan kebesaran Hyang Widi, keberadaan Pura di Tawang Alun, Desa Pancer mendapat restu dari yang di atas.
Sekarang Padmasana yang menghadap ke barat ini masih berdiri tegar, sekali-sekali dihempas oleh angin yang cukup kencang, tapi Padmasana ini tetap berdiri tegar dan sampai sekarang tetap sebagai sarana untuk mendekatkan diri ke hadapan-Nya. Menariknya bangunan perkampungan yang seolah-olah tidak peduli dengan keberadaan pura, karena memang beda keyakinan, satu pun tidak ada yang tersisa, semuanya menyatu dengan lautan yang mahaluas.
Umat Hindu Tanah Majapahit Semakin Bangkit
Kemarahan alam yang diwujudkan dengan ledakan gelombang tsunami setinggi 10 meter itu, nyaris membuat kehidupan sekitar Pura Tawang Alun punah. Sekitar pura yang tadinya dipenuhi dengan rumah-rumah penduduk, dalam sekejap berubah menjadi sebuah hamparan luas, seperti lapangan ladang kosong. Kini hamparan itu sudah ditumbuhi pohon kelapa, kemudian di sebelah Selatan bertengger Gunung Tumpang Pitu, gunung ini disebut-sebut memiliki misteri tersendiri yang ditakuti penduduk sekitarnya.
Di kejauhan hanya tampak pura yang berdiri anggun dan kokoh kemudian alamnya diwarnai dengan canda ombak yang banyak ditingkahi lambaian daun nyiur yang romantis. Sekitar 400 meter terlihat ada sejumlah rumah penduduk yang sederhana. Menurut Midi, walaupun pura ini ada di Desa Pancer, tapi panyungsungnya tinggal jauh dari pura. Hanya Mangku Midi yang ada dekat pura karena tugasnya sebagai pelayan umat. Walaupun begitu, setiap ada rarahinan, pura ini tidak pernah sepi, justru sebaliknya pura ini selalu dipadati umat Hindu dari daerah Banyuwangi dan sekitarnya. Seperti diungkapkan Mangku Midi, selamatnya pura ini dari terjangan badai Tsunami telah membuat umat Hindu menjadi semakin yakin dengan kekuatan magis yang ada di dalam pura. Kondisi ini juga menumbuhkan keyakinan yang semakin membesar di kalangan umat. Sejumlah umat Hindu di Banyuwangi yang sempat berbincang-bincang dengan Reporter Raditya menilai keberadaan pura ini banyak memberi anugrah kepada umat sekitarnya. Pasalnya pura ini memiliki pemandangan yang luar biasa, mirip seperti Pura Pulaki yang ada di Bali. Hanya lantaran kondisi ekonomi krama Hindu setempat belum memadai, membuat pura ini menjadi tidak terurus. Mangku Midi saat ditanya, kapan umat Hindu pedek tangkil ke pura, dengan enteng Jro Mangku mengatakan, yang paling banyak, umat sering tangkil pada saat purnama tilem.Umat
Hindu yang ada di Pesanggaran sampai saat ini jumlahnya sekitar 8.000 orang, dan mereka sangat rajin tangkil ke pura, ini menunjukkan srada umat Hindu di sini semakin kuat. Segala kegiatan yang menyangkut agama lebih sering dilakukan di Pura Tawang Alun, di samping cukup luas juga memiliki suasna yang sangat nyaman untuk kegiatan agama. Perhatian umat untuk membenahi atau melengkapi fhisik pura yang kurang lengkap, kini masih dipikirkan, bahkan sedang digarap untuk pemelesteran di bagian utama dan bagian luar pura. Tapi sarana pemedek dan bale kulkul kini sudah dimiliki dan baru saja dilakukan upacara pemelapasan.
Dengan selamatnya Padmasana yang terdapat di Pura Tawang Alun, memberikan semangat kepada umat Hindu untuk selalu bangkit dan percaya dengan Hindu.
Pura yang terletak di tepi pantai yang disebut Pulo Merah, Desa Tawang Alun, Pesanggaran, merupakan saksi bangkitnya umat Hindu di tahan Jawa.
Pada dasarnya kebesaran Pura Tawang Alun yang didirikan secara phisik tahun 1980, hanya berupa sebuah palinggih Padmasana yang tidak begitu megah. Tetapi luasnya boleh dikatakan cukup memadai. Keberadaan Pura Tawang Alun yang letaknya sangat dekat dengan pantai ini pernah mendapat cobaan secara sekala niskala. Pasalnya tahun 1993 ketika lautan Samudra Selatan memuntahkan lidah ombaknya yang ganas dan memporak-porandakan desa sekitarnya, bangunan Padmasana ini justru masih tetap berdiri kokoh. Seperti tidak tersentuh oleh apa pun. Terjangan Tsunami yang mahadasyat itu tidak mampu merobohkan bangunan saci tersebut. Ini sebuah muzisat yang tidak terpikirkan oleh manusia.
Saat peristiwa itu, muntahan ombak yang mahadasyat itu seolah-olah memberikan peringatan alam yang dengan kalapnya menerjang isi alam yang ada di sekitarnya. Tak pelak perkampungan yang ada di dekat Pura Tawang Alun seketika hancur lebur dan menghanyutkan puluhan rumah krama yang tinggal di dekat pura. Ini merupakan musibah yang paling mengerikan sepanjang sejarah kehidupan manusia di daerah ini. Demikian dikatakan Jro Mangku Midi seorang pengayah yang selalu tenang menghadapi godaan.
Kengerian petaka itu bukan sebatas materi saja, tapi lebih dari itu, banyak nyawa manusia bergelimpangan, begitu juga rumah, hewan, serta semua tanaman yang ada di wilayah ini amblas dihantam gelombang Tsunami. Tidak itu saja, lebih kurang lebih 200 orang menjadi santapan Ratu Lautan Selatan yang di Jawa disebut dengan gelar Nyi Roro Kidul yang ada di pesisir laut. Kejadian alam itu memang sudah berlalu tepatnya tanggal 3 Juni 1993, tapi kenangan pahit itu bagi Mangku Midi Kertiasa tidak pernah terlupakan sepanjang hidupnya, bahkan ketika ditanyakan masalah musibah, Mangku Midi merasa tidak bisa mengatakan dengan sebenarnya. "Sulit saya bayangkan kejadian yang sangat mendadak dan secara kilat itu, kejadian begitu cepat dan tidak lama," katanya seraya mengenang masa lalunya dan satu-satunya Mangku Midi yang selamat dari terjangan ombak Tsunami yang amat ganas itu. Ada pada di balik gempuran Tsunami yang ganas itu dan bagaimana dengan keberadaan pura yang sangat dekat dengan pantai Pulo Merah itu?
Ternyata keunikan itu ada pada pura yang sangat dikeramatkan oleh orang Hindu Pesanggaran. Unik bin ajaib bagian tembok penyengker pura ini hancur berantakan, tapi bagian yang sangat penting, luput dari kejaran amukan ombak yang marah mengejar mangsanya. Palinggih Padmasana satu-satu yang dibikin oleh seorang Dalang bernama Subari tidak pernah digoyahkan oleh terjangan tsunami sedikitpun.
Padmasana ini tidak dirobohkan oleh air yang tingginya mencapai 10 meter itu, katanya mengenang. "Bahkan pisang yang ada di timur atau belakang Padmasana tidak ikut bersama kematian penduduk atau tumbuhan lain yang ikut lenyap ke laut Selatan. Saya tidak mengerti mengapa bisa begitu dan siapa yang melindungi palinggih utama itu, saya tidak tahu dan tidak masuk diakal," sambungnya kepada repoter Raditya. Mangku Midi hanya yakin dengan kebesaran Hyang Widi, keberadaan Pura di Tawang Alun, Desa Pancer mendapat restu dari yang di atas.
Sekarang Padmasana yang menghadap ke barat ini masih berdiri tegar, sekali-sekali dihempas oleh angin yang cukup kencang, tapi Padmasana ini tetap berdiri tegar dan sampai sekarang tetap sebagai sarana untuk mendekatkan diri ke hadapan-Nya. Menariknya bangunan perkampungan yang seolah-olah tidak peduli dengan keberadaan pura, karena memang beda keyakinan, satu pun tidak ada yang tersisa, semuanya menyatu dengan lautan yang mahaluas.
Umat Hindu Tanah Majapahit Semakin Bangkit
Kemarahan alam yang diwujudkan dengan ledakan gelombang tsunami setinggi 10 meter itu, nyaris membuat kehidupan sekitar Pura Tawang Alun punah. Sekitar pura yang tadinya dipenuhi dengan rumah-rumah penduduk, dalam sekejap berubah menjadi sebuah hamparan luas, seperti lapangan ladang kosong. Kini hamparan itu sudah ditumbuhi pohon kelapa, kemudian di sebelah Selatan bertengger Gunung Tumpang Pitu, gunung ini disebut-sebut memiliki misteri tersendiri yang ditakuti penduduk sekitarnya.
Di kejauhan hanya tampak pura yang berdiri anggun dan kokoh kemudian alamnya diwarnai dengan canda ombak yang banyak ditingkahi lambaian daun nyiur yang romantis. Sekitar 400 meter terlihat ada sejumlah rumah penduduk yang sederhana. Menurut Midi, walaupun pura ini ada di Desa Pancer, tapi panyungsungnya tinggal jauh dari pura. Hanya Mangku Midi yang ada dekat pura karena tugasnya sebagai pelayan umat. Walaupun begitu, setiap ada rarahinan, pura ini tidak pernah sepi, justru sebaliknya pura ini selalu dipadati umat Hindu dari daerah Banyuwangi dan sekitarnya. Seperti diungkapkan Mangku Midi, selamatnya pura ini dari terjangan badai Tsunami telah membuat umat Hindu menjadi semakin yakin dengan kekuatan magis yang ada di dalam pura. Kondisi ini juga menumbuhkan keyakinan yang semakin membesar di kalangan umat. Sejumlah umat Hindu di Banyuwangi yang sempat berbincang-bincang dengan Reporter Raditya menilai keberadaan pura ini banyak memberi anugrah kepada umat sekitarnya. Pasalnya pura ini memiliki pemandangan yang luar biasa, mirip seperti Pura Pulaki yang ada di Bali. Hanya lantaran kondisi ekonomi krama Hindu setempat belum memadai, membuat pura ini menjadi tidak terurus. Mangku Midi saat ditanya, kapan umat Hindu pedek tangkil ke pura, dengan enteng Jro Mangku mengatakan, yang paling banyak, umat sering tangkil pada saat purnama tilem.Umat
Hindu yang ada di Pesanggaran sampai saat ini jumlahnya sekitar 8.000 orang, dan mereka sangat rajin tangkil ke pura, ini menunjukkan srada umat Hindu di sini semakin kuat. Segala kegiatan yang menyangkut agama lebih sering dilakukan di Pura Tawang Alun, di samping cukup luas juga memiliki suasna yang sangat nyaman untuk kegiatan agama. Perhatian umat untuk membenahi atau melengkapi fhisik pura yang kurang lengkap, kini masih dipikirkan, bahkan sedang digarap untuk pemelesteran di bagian utama dan bagian luar pura. Tapi sarana pemedek dan bale kulkul kini sudah dimiliki dan baru saja dilakukan upacara pemelapasan.
Dengan selamatnya Padmasana yang terdapat di Pura Tawang Alun, memberikan semangat kepada umat Hindu untuk selalu bangkit dan percaya dengan Hindu.
Selasa, 07 April 2015
TENTANG PURA
Berikut ini kami tampilkan nama-nama Pura yang ada di wilayah Jawa Timur yang pernah kami tampilkan sebelumnya. Bagi yang berminat untuk melihat atau menyimpan profilnya, kami persilahkan untuk men-klik nama Pura yang tersedia.
NAMA PURA
|
ALAMAT
|
KAB / KOTA
|
|
1
|
Tirta Gangga
|
Kertajaya,
Gubeng X/6
|
Surabaya
|
2
|
Tirta Empul
|
Babatan
|
Surabaya
|
3
|
Tunggal Jati
|
Bulak Banteng
|
Surabaya
|
4
|
Sono Panca
Giri
|
Kupang Baru
|
Surabaya
|
5
|
Tirta Wening
|
Tuwoworejo VII
/ 3-5
|
Surabaya
|
6
|
Candi Cemoro
Agung
|
Tandes
|
Surabaya
|
7
|
Bumi Moro
|
Surabaya
|
|
8
|
Segara
|
Kenjeran
|
Surabaya
|
9
|
Jala Siddhi
Amerta
|
Semambung
|
Sidoarjo
|
10
|
Prajapati
|
Gebang
|
Sidoarjo
|
11
|
Penataran
Agung Margo Wening
|
Bolonggarut
|
Sidoarjo
|
12
|
Nirwana Jati
|
Sekelor
|
Sidoarjo
|
13
|
Sekarsari
|
Kembangan
|
Gresik
|
14
|
Jagat Girinata
|
Beton
|
Gresik
|
15
|
Jagat Dumadi
|
Laban
|
Gresik
|
16
|
Nirmala
|
Laban
|
Gresik
|
17
|
Jagat Natha
|
Biodo
|
Gresik
|
18
|
Desa
|
Mondol Luku
|
Gresik
|
19
|
Kembang Jagat
|
Mondol Luku
|
Gresik
|
20
|
Kertha Bumi
|
Bongsowetan
Pengalangan
|
Gresik
|
21
|
Sekar Cempaka
|
Bongsowetan
Pengalangan
|
Gresik
|
22
|
Bongsokulon
Pengalangan
|
Gresik
|
|
23
|
Penataran
Agung
|
Pelarang
|
Gresik
|
24
|
Tirta Sudamala
|
Wringinagung
|
Jember
|
25
|
Pondok Waluh
|
Wringinagung
|
Jember
|
26
|
Penataran
Agung Patrang
|
Patrang
|
Jember
|
27
|
Penataran
Umbul Sari
|
Umbul Sari
|
Jember
|
28
|
Suci Amerta
Bhuana
|
Rejo Agung
|
Jombang
|
29
|
Giri Wijaya
|
Galengdowo
|
Jombang
|
30
|
Tri Bhuana
|
Wates,
Galengdowo
|
Jombang
|
31
|
Guna Dharma
|
Jarak
|
Jombang
|
32
|
Giri Anjasmoro
|
Jarak
|
Jombang
|
33
|
Puja Nirwana
|
Sambirejo
|
Jombang
|
34
|
Pacaringan
|
Ganteng,
Wonomerto
|
Jombang
|
35
|
Bharadah
|
Karangan
|
Jombang
|
36
|
Panunggal Jati
|
Kembangringgit
|
Mojokerto
|
37
|
Sumber Tunggal
|
Sumber Tunggal
|
Mojokerto
|
38
|
Pati Kukuh
|
Jati Kukuh
|
Mojokerto
|
39
|
Agung
Majapahit
|
Trowulan
|
Mojokerto
|
40
|
Sweta Maha
Suci
|
Turi
|
Lamongan
|
41
|
Dwijati
|
Jl.Cendrawasih
14
|
Madiun
|
42
|
oro-oro ombo
sanggar
|
Jl. Trengguli
Oro-oro Ombo
|
Madiun
|
43
|
Maospati
|
Madiun
|
Madiun
|
44
|
Sri Aji
Joyoboyo
|
Tanon
|
Madiun
|
45
|
Wisnu Murti
|
Mulyorejo-Medowo
|
Kediri
|
46
|
Dharma Bhakti
Jaya
|
Sidorejo - Medowo
|
Kediri
|
47
|
Dharma
Wijaya
|
Medowo
|
Kediri
|
48
|
Sidi Amerta
Nugraha
|
Sidomulyo-Medowo
|
Kediri
|
49
|
Wahyu Tri
Buana
|
Slumbung-
Mlancu
|
Kediri
|
50
|
Dharma Bhakti
Jaya
|
Kwaringan-
Mlancu
|
Kediri
|
51
|
Dharma Kerti
|
Bakalan
-Mlancu
|
Kediri
|
52
|
Tirtha Amertha
Loka
|
Mlancu
|
Kediri
|
53
|
Giri
Natha
|
Banaran
|
Kediri
|
54
|
Hariono
|
Sarirejo- Kr.
Tengah
|
Kediri
|
55
|
Wana Widya
Dharma
|
Sidodadi
-Besowo
|
Kediri
|
56
|
Karya Dharma
Shanti
|
Besowo Timur -
Besowo
|
Kediri
|
57
|
Adya Jagat
karana
|
Krajan -Besowo
|
Kediri
|
58
|
Argasari
|
Panggung Sari
Kbn Rejo
|
Kediri
|
59
|
Windu
Brahmadya
|
Kenteng Barat
/Bon C
|
Kediri
|
60
|
Sakti Pradah
|
Bokorpradah-Siman
|
Kediri
|
61
|
Agung Kertha
Bhuwana
|
Sawahan-watugede
|
Kediri
|
62
|
Dharma Jati
|
Kapasan-
Gadungan
|
Kediri
|
63
|
Ajisaka
|
Manggis
|
Kediri
|
64
|
Marga Widya
|
Bodag-Wonorejo
|
Kediri
|
65
|
Hyang Eka
Murti
|
SbjTawang -
Sb.bendo
|
Kediri
|
66
|
Jaya
Bartha
|
Bendoasri-Bendo
|
Kediri
|
67
|
Sekar Arum
Kencana
|
Mojoduwur -
Bendo
|
Kediri
|
68
|
Swadaya Murti
|
Nambaan -
Sidorejo
|
Kediri
|
69
|
Saraswati
|
Duluran-Gd.Sewu
|
Kediri
|
70
|
Eka Satya Dharma
|
Jombangan
-Tertel
|
Kediri
|
71
|
Mpu Bradah
|
Pamenang-Pagu
|
Kediri
|
72
|
Brawijaya
|
Baron- Pagu
|
Kediri
|
73
|
Saraswati
|
Sukoharjo-kayen
|
Kediri
|
74
|
Aji Bradah
|
Bangsongan
-Kayen
|
Kediri
|
75
|
Agastya
|
Bangsongan
-Kayen
|
Kediri
|
76
|
Mpu Sedah
|
Maron
-Senden
|
Kediri
|
77
|
Setya
Dharma
|
Sekaran-
Senden
|
Kediri
|
78
|
Saraswati
|
Jambu
|
Kediri
|
79
|
Dewi Ratih
&Dharma Asana
|
Sumberjo-Jambu
|
Kediri
|
80
|
Sri Ajo
Joyoboyo
|
Tanon
|
Kediri
|
81
|
Hyang Taru
Loka
|
Tarokan
|
Kediri
|
82
|
Kertayasa
Warga
|
Baran -
Blimbing
|
Kediri
|
83
|
Adya kusuma Luhur
|
Nglawak
Blimbing
|
Kediri
|
84
|
Dipa Giri
sakti
|
Gn.botak -
Bulusari
|
Kediri
|
85
|
Dewi savitri
|
sawur-
Bulusari
|
Kediri
|
86
|
Pandu Arga
Dharma
|
Kalibogo-kalipang
|
Kediri
|
87
|
Joyo Amijoyo
|
Kalinanas-Kalipang
|
Kediri
|
88
|
Bhawono Sakti
|
Paron
|
Kediri
|
89
|
Tirtha Wening
|
Banyuanyar
|
Kediri
|
90
|
Sakti agung
Wija Dharma
|
Weru-
Ringinsari
|
Kediri
|
91
|
Sari Dwija
Dharma
|
Weru-
Ringinsari
|
Kediri
|
92
|
Satya
Dharma
|
Bedali
|
Kediri
|
93
|
Ngudi
Dharma
|
Jagul
|
Kediri
|
94
|
Aji Tunggul
Wulung
|
Sepawon
|
Kediri
|
95
|
Kerta Bhuwana
Giri Wilis
|
bajulan
|
Nganjuk
|
96
|
Giri Amerta
|
Sawo
|
Tulungagung
|
97
|
Sri Phala
Tikta
|
Beji
|
Tulungagung
|
98
|
Tri Bhuwana
|
Besole
|
Tulungagung
|
99
|
Dharma Agung
|
Slumpang
Sidorejo
|
Blitar
|
100
|
Dharma Jati
|
Tlogoarum,Sidorejo
|
Blitar
|
101
|
Marga
Pramudita
|
Ringin Rejo,
jambe Pawon
|
Blitar
|
102
|
Suko Madu
|
Plangi, Slorok
|
Blitar
|
103
|
Sasana Puja
Tri Murti
|
Banjarejo,
Slorok
|
Blitar
|
104
|
Widya
Dharma
|
Kendalrejo
talun
|
Blitar
|
105
|
Watu Lawang
|
Plumbangan
|
Blitar
|
106
|
Selo Sasono
Mulyo
|
Sanan
Plumbangan
|
Blitar
|
107
|
Yudia Dharma
|
Precet,
Plumbangan
|
Blitar
|
108
|
Giri Samboga
|
Barek,
Plumbangan
|
Blitar
|
109
|
Jati Kusuma
|
Tanggulasri,
Plumbangan
|
Blitar
|
110
|
Puja Dharma
|
Pagak,
Plumbangan
|
Blitar
|
111
|
Tri Murti
|
Brintik, Suru
|
Blitar
|
112
|
Ngudi Dharma
Suci
|
Suru
|
Blitar
|
113
|
Dharma Bhakti
|
Pehdoplang,
Suru
|
Blitar
|
114
|
Watu Lawang
|
Plumbangan,Doko
|
Blitar
|
115
|
Dharma Yekti
|
Bebekan, Doko
|
Blitar
|
116
|
Giri Dharma
Bhakti
|
Resapombo
|
Blitar
|
117
|
Niti Kusuma
Dharma
|
Brandong,
Sidorejo
|
Blitar
|
118
|
Kawitan Dharma
|
Sumber Urip
|
Blitar
|
119
|
Sasana Puja
Dharma
|
Sumber
Manggis, Sumberurip
|
Blitar
|
120
|
Madu Kismo
|
Putuk Rejo,
Sumberurip
|
Blitar
|
121
|
Ngesti Dharma
|
Ngadirejo,
Genengan
|
Blitar
|
122
|
Ngasti Dharma
|
Ngaringan
|
Blitar
|
123
|
Surya Dharma
|
Bintang,
Ngaringan
|
Blitar
|
124
|
Satya Dharma
|
Gondoroso,
Ngaringan
|
Blitar
|
125
|
Suka Dharma
|
Suko Sewu
|
Blitar
|
126
|
Dharma Santi
|
Soso
|
Blitar
|
127
|
Marsudi Dharma
|
Tegal harjo,
semen
|
Blitar
|
128
|
Marsudi Dharma
|
Tegalsari,
Semen
|
Blitar
|
129
|
Sido Langgeng
|
Sumber Gondo,
Tulungrejo
|
Blitar
|
130
|
Purwo Santi
|
Wulungewu,
Krisik
|
Blitar
|
131
|
Sri Tri
Sutrisno
|
Tirtomoyo,
Krisik
|
Blitar
|
132
|
Arga Sunyo
|
Krisik
|
Blitar
|
133
|
Ngastuti widhi
|
Krisik Krajan
|
Blitar
|
134
|
Empu Baradah
|
Bregondo-
Semen
|
Blitar
|
135
|
Badra Santi
|
Barurejo,Krisik
|
Blitar
|
136
|
Dharma Bhakti
|
Sidodadi
|
Blitar
|
137
|
Saraswati
|
Sidodadi
|
Blitar
|
138
|
Hargo Kusumo
|
Sumber
Sari,Kemiri Gede
|
Blitar
|
139
|
Dharma Bhakti
|
Sukorejo,
bumirejo
|
Blitar
|
140
|
Sanatana
Dharma
|
Kemiri Gede,
Kesamben
|
Blitar
|
141
|
Wana Murti
|
Wonosuko,
Tapak rejo
|
Blitar
|
142
|
Hita Karana
|
Rembang, Tepas
|
Blitar
|
143
|
Dharma Puja
|
Dawung,
Pagerwojo
|
Blitar
|
144
|
Jati Kusumo
|
Brongkos,
Siraman
|
Blitar
|
145
|
Dalem Dasar
Mandala Giri Amerta sunya
|
Sanggraha,
Jugo
|
Blitar
|
146
|
Suci Dharma
|
Jugo,Kesamben
|
Blitar
|
147
|
Dharma Bhakti
|
Pehlumbu Pager
Gunung
|
Blitar
|
148
|
Kresna Puja
|
Pagergunung
|
Blitar
|
149
|
Giri Kusumo
|
Bangunrejo,
sukoanyar
|
Blitar
|
150
|
Dharma Santi
|
Sanan, Jugo
|
Blitar
|
151
|
Tri Bhuana
|
Banjar Sari,
|
Blitar
|
152
|
Suka Dharma
|
Suko Sewu
|
Blitar
|
153
|
Sapto argo
|
Ponggok
|
Blitar
|
154
|
Sri Dharma
Tunggal
|
Sumbertoro,
kebonduren
|
Blitar
|
155
|
Sri Dharma
Bhakti
|
Jati Lengger
|
Blitar
|
156
|
Sri Dharma
Kerti
|
Bandungrejo
Jagoan, Ponggok
|
Blitar
|
157
|
Dharma Santi
|
Sidorejo
|
Blitar
|
158
|
Tri Bhuana
|
Grapang
|
Blitar
|
159
|
Selokajang
|
Selokajang
|
Blitar
|
160
|
Cengkir Gading
|
Srengat
|
Blitar
|
161
|
Satya Dharma
|
Pasirharjo
|
Blitar
|
162
|
Sempul
|
Sempol
|
Blitar
|
163
|
Penataran
Agung Praba Bhuana
|
Kendalrejo
|
Blitar
|
164
|
Puja Dharma
|
Tumpang
|
Blitar
|
165
|
Purwa Laksana
|
Bendosewu
|
Blitar
|
166
|
Wisnu
Murti
|
Bajang
|
Blitar
|
167
|
Sucining
Dharma Hamengku Budhi
|
Jari, Bajang
|
Blitar
|
168
|
Dander
|
Dander
|
Blitar
|
169
|
Dharma Bhakti
|
Sukorejo
|
Blitar
|
170
|
Marsudi Dharma
|
Suber Rejo
Balerejo
|
Blitar
|
171
|
Dharma Kecana
Suci
|
Putukmiri
Tegalasti
|
Blitar
|
172
|
Ngesti Dharmo
|
Tlogomulyo
|
Blitar
|
173
|
Dharma Bhakti
|
Balerejo
|
Blitar
|
174
|
Panca Mustika
Dharma
|
Ngembul ,
Balerejo
|
Blitar
|
175
|
Arum
|
Sumber
Arum,Tegalsari
|
Blitar
|
176
|
Wahya Widya
|
Ringin Telu,
Ngadirenggo
|
Blitar
|
177
|
Dharma Usada
|
Ngalokan
Ngadirenggo
|
Blitar
|
178
|
Eka Bhakti
Widya Dharma
|
Nongkorejo,
Ngadirengo
|
Blitar
|
179
|
Condro wati
|
Sumber Duren,
Ngadirengo
|
Blitar
|
180
|
Eka Dharma
|
Jatisari,
Tegalsari
|
Blitar
|
181
|
Jati Amerta
|
Nangkan
,Wlingi
|
Blitar
|
182
|
Dharma Yana
|
Krakal,
Klemunan
|
Blitar
|
183
|
Tirta Sudamala
|
Kampungbaru,
Beru
|
Blitar
|
184
|
Wiwara Dharma
|
Tenggong,
Wlingi
|
Blitar
|
185
|
Kasidyan
(Tangkil sanggar)
|
Tangkil,
Wlingi
|
Blitar
|
186
|
Dharma Jati
|
Tegalsari
|
Blitar
|
187
|
Widya Dharma
karana
|
Galor,
Tembalang
|
Blitar
|
188
|
Walingga
Puryasa
|
Wlinggi
|
Blitar
|
189
|
Satya Dharma
|
Kacar,
Tegalasri
|
Blitar
|
190
|
Birowo
|
Birowo
|
Blitar
|
191
|
Popoh
|
Popoh
|
Blitar
|
192
|
Luhur Dwija
Warsa
|
Lesanpuro
|
Kota Malang
|
193
|
Dharma Jati
|
Polehan
|
Kota Malang
|
194
|
Goa Wijaya
|
Gempol
|
Kota Malang
|
195
|
Wahya Sidhi
|
Gadang
|
Kota Malang
|
196
|
Genitri
|
Bebekan
|
Kota Malang
|
197
|
Sad Kahyangan
Amerta Jati
|
Srigonco
|
Malang
|
198
|
Argo Kembang
|
Kedung Rampal
|
Malang
|
199
|
Indra Loka
|
Sidodadi
|
Malang
|
200
|
Siwa Lingga
|
Wirotaman
|
Malang
|
201
|
Tri Hita
karana
|
Wirotaman
|
Malang
|
202
|
Brahma
Loka
|
Wirotaman
|
Malang
|
203
|
Ananta
Boga
|
Sidorenggo
|
Malang
|
204
|
Pura Candi
wajajar
|
Mulyoasri
|
Malang
|
205
|
Dwi Dharma
Bhakti
|
Barisan,
Arjowilangun
|
Malang
|
206
|
Eka Dharma
|
Arjo Wilangun
|
Malang
|
207
|
Catur Dharma
Bhakti
|
Kalipare
|
Malang
|
208
|
Tri Dharma
Bhakti
|
Pangganglele,
Sidorenggo
|
Malang
|
209
|
Indra
Loka
|
Semanding
|
Malang
|
210
|
Dharma
Kerte
|
Mojosari
|
Malang
|
211
|
Dwi
Dharma
|
Curung Rejo
|
Malang
|
212
|
Dharma Jati
Agung
|
Wonorejo
|
Malang
|
213
|
Widya
Dharma
|
Tempuran
|
Malang
|
214
|
Giri Murti
Cakti
|
Dodol
|
Malang
|
215
|
Sanggar Tri
Dharma Bhakti
|
Dodol
|
Malang
|
216
|
Kumala
Kuiswara
|
Kesamben
|
Malang
|
217
|
Eka Bhakti
Marga Moksa
|
Kesamben
|
Malang
|
218
|
Sambi agung
Sapto Argo
|
Kesamben
|
Malang
|
219
|
Murti Puja
|
Kesamben
|
Malang
|
220
|
Dharma Santi
|
Banaran,
Babadan
|
Malang
|
221
|
Prajapati
Marga Moksa
|
Banaran,
Babadan
|
Malang
|
222
|
Sanggar
Ngempak Kulon
|
Ngemplak,
Babadan
|
Malang
|
223
|
Puja Satya
Hita
|
Ngemplak,
Babadan
|
Malang
|
224
|
Eko Bhakti
Luhur
|
Kranggan
|
Malang
|
225
|
Tri Bhuwana
Santi
|
Sukorejo
|
Malang
|
226
|
Giri Kawi
jayan
|
Balesari
|
Malang
|
227
|
Dharma Bhakti
|
Sumber Beji,
Kranggan
|
Malang
|
228
|
Giri Kawijayan
|
Gendogo ,
Balesari
|
Malang
|
229
|
Sapto Argo
|
Blau, Permanu
|
Malang
|
230
|
Khayangan
jagad Kendali Sodo
|
Karangpandan
|
Malang
|
231
|
Eko Bhakti
|
Glanggang
|
Malang
|
232
|
Eka Bhuwana
|
Wonokerso
|
Malang
|
233
|
Dwi Dharma
Jati
|
Genengan
|
Malang
|
234
|
Karsa Aikyam
|
Sonosari
|
Malang
|
235
|
Bhakti Loka
|
Sonotengah
|
Malang
|
236
|
Eka Bhakti
|
Pakisaji
|
Malang
|
237
|
Dharma
Raksata
|
Kebonagung
|
Malang
|
238
|
Eka Murti
|
Druju
|
Malang
|
239
|
Panca Bhakti
sanggar
|
Dadapan
|
Malang
|
240
|
Dahlia
Agrahita
|
Sebaluh
|
Malang
|
241
|
Indrakila
|
Gedangan
|
Malang
|
242
|
Dharma Yasa
|
Jamuran,
Sukodadi
|
Malang
|
243
|
Puja Shanti
|
Genderan
|
Malang
|
244
|
Indra
Loka
|
Codo
|
Malang
|
245
|
Patirtaan
|
Jengglong
|
Malang
|
246
|
Bhakti
Aksa
|
Jengglong
|
Malang
|
247
|
Ukir Retau
Luhur
|
Jedong
|
Malang
|
248
|
Lingga Jati
|
Ngragi
|
Malang
|
249
|
Kawi
|
Losari
|
Malang
|
250
|
Satya Graha
Bhakti
|
Ampelantuk
|
Malang
|
251
|
Satya Graha
Bhakti
|
Ampelsari
|
Malang
|
252
|
Indra
Loka
|
Kebon
Kuta
|
Malang
|
253
|
Kertha
Bhuwana
|
Singosari
|
Malang
|
254
|
Sapto Argo
|
Ngadas
|
Malang
|
255
|
Indra Jaya
|
Tulung Rejo
|
Batu
|
256
|
Luhur Giri
Arjuna
|
Bumi Aji
|
Batu
|
257
|
Sanggar
Pamujan
|
Tulungrejo
|
Batu
|
258
|
Pura Prajapati
Marga Moksa
|
Tulungrejo
|
Batu
|
259
|
Pura Vyati
Bhuana Cakti
|
Tulungrejo
|
Batu
|
260
|
Keduwung
|
Desa Keduwung
|
Pasuruhan
|
261
|
Kerta Bumi
|
Desa
Sedaeng,
|
Pasuruhan
|
262
|
Dang kayangan
Kerti Jaya Buana
|
Desa Wonokitri
|
Pasuruhan
|
263
|
Wiyata Dharma
Kerti
|
Desa Baledono
|
Pasuruhan
|
264
|
Dwara Bhakti
Nirmala
|
Dsn Purwono, Desa
Baledono
|
Pasuruhan
|
265
|
Sasana Siwa
Murti
|
Dsn. Tlogosari
Desa Tosari
|
Pasuruhan
|
266
|
Widya Dharma
|
Dsn Tosari,
Desa Tosari,
|
Pasuruhan
|
267
|
Amerta Sari
|
Dsn.
Wonomerto, Desa Tosari,
|
Pasuruhan
|
268
|
Karya Nata
Sari
|
Dsn Ketoh,
Desa Tosari
|
Pasuruhan
|
269
|
Guna Kerta
Jaya
|
Dsn Kertoanom,
Desa Tosari
|
Pasuruhan
|
270
|
Sanggar Kerta
Agung
|
Dsn.
Podokoyo,Desa Podokoyo,
|
Pasuruhan
|
271
|
Podokoyo
|
Dsn. Jetak,
Desa Podokoyo
|
Pasuruhan
|
272
|
Pura Luhur
Giri Nata
|
Dsn.
Sunogiri,Desa Podokoyo
|
Pasuruhan
|
273
|
Ngawulo Rejo
|
Dsn. Ngawu
Bawah, Desa Podokoyo
|
Pasuruhan
|
274
|
Ngawua Atas
|
Dsn. Ngawu
Atas, Desa Podokoyo
|
Pasuruhan
|
275
|
Tunggul Adi
Sari
|
Dsn.
Ngadiwono, Desa Ngadiwono
|
Pasuruhan
|
276
|
Kamandalu
|
Dsn. Ketuwon,
Desa Ngadiwono
|
Pasuruhan
|
277
|
Banyumeneng
|
Dsn.
Banyumeneng, Ds. Ngadiwono
|
Pasuruhan
|
278
|
Tunggul
Tawangsari
|
Dsn. Wonojati,
Desa Ngadiwono
|
Pasuruhan
|
279
|
Nata sari
Iswara
|
Dsn. Gemboyo,
Desa Mororejo
|
Pasuruhan
|
280
|
Kandangsari
|
Dsn.
Kandangsari I, Desa Mororejo
|
Pasuruhan
|
281
|
Mororejo
|
Dsn.
Kandangsari II, Desa Mororejo
|
Pasuruhan
|
282
|
Tunjung Ngudi
Dharma
|
Dsn. Kalitejo,
Desa Kandangan
|
Pasuruhan
|
283
|
Pandansari
|
Dsn.
Pandansari, Desa Kandangan
|
Pasuruhan
|
284
|
Bhakti Dharma
|
Dsn. Cemoro
Gading, Desa Ngadirejo
|
Pasuruhan
|
285
|
Tirtha Amertha
|
Dsn. Puncak
Kepor, Desa Ngadirejo
|
Pasuruhan
|
286
|
Ngadirejo
|
Dsn. Kebek,
Desa Ngadirejo
|
Pasuruhan
|
287
|
Setia Dharma
Kencana
|
Dsn. Ledok
Kepor,Desa Ngadirejo
|
Pasuruhan
|
288
|
Luhur Widya
Karana
|
Dsn. Ledok
Pring, Desa kayu Kebek
|
Pasuruhan
|
289
|
Wira Dharma
|
Dsn. Ngaruh,
Desa Kayu Kebek
|
Pasuruhan
|
290
|
Surorowo
|
Dsn. Surorowo,
Desa kayu Kebek
|
Pasuruhan
|
291
|
Jagad Sahasra
Pasopati
|
Watu Kosek
|
Pasuruhan
|
292
|
Tirta Wuluh
Surapati
|
Beji
|
Pasuruhan
|
293
|
Pura Luhur
Poten
|
Bromo
|
Probolinggo
|
294
|
Brahma Karana
|
Desa Cemara
Lawang
|
Probolinggo
|
295
|
Tunggal Jati
|
Desa Ngadisari
|
Probolinggo
|
296
|
Manggala
Kencana
|
Desa Wonotoro
|
Probolinggo
|
297
|
Putra Bhakti
|
Desa Jetak
|
Probolinggo
|
298
|
Dharma Bhakti
|
Desa Ngadas
|
Probolinggo
|
299
|
Gatra Kencana
|
Desa Ngadas
|
Probolinggo
|
300
|
Luhur Guru
Nata
|
Desa Ngadirejo
|
Probolinggo
|
301
|
Tresna Iling
|
Desa Terwana
|
Probolinggo
|
302
|
Mrati Iling
|
Desa Mrati
|
Probolinggo
|
303
|
Randu Agung
|
Desa Sapikerep
|
Probolinggo
|
304
|
Dharma Shanti
|
Desa Sapikerep
|
Probolinggo
|
305
|
Giri Mukti
|
Desa Sapikerep
|
Probolinggo
|
306
|
Srada Bhakti
|
Desa Sapikerep
|
Probolinggo
|
307
|
Parahyangan
Dharma Sastra
|
Desa Sapikerep
|
Probolinggo
|
308
|
Ngelosari
|
Desa Sapikerep
|
Probolinggo
|
309
|
Sari Kencono
Bhakti
|
Desa Sariwani
|
Probolinggo
|
310
|
Giri Kencono
Bhakti
|
Desa Sariwani
|
Probolinggo
|
311
|
Rukun Nata
Mulya Dadi
|
Desa Sariwani
|
Probolinggo
|
312
|
Surya Bhakti
|
Desa Pakel
|
Probolinggo
|
313
|
Sari Agung
Sidodadi
|
Desa Pakel
|
Probolinggo
|
314
|
Kedah Asih
|
Desa Kedasih
|
Probolinggo
|
315
|
Argo Purwo
Kencono
|
Desa Wonokerso
|
Probolinggo
|
316
|
Giri Kerso
Agung
|
Desa Ledok
Sari
|
Probolinggo
|
317
|
Tri Murti
|
Desa Wonokitri
|
Probolinggo
|
318
|
Agung Lingga
Dewata
|
Desa Wonokerso
|
Probolinggo
|
319
|
Satya Bhakti
|
Desa Wonoseja
|
Probolinggo
|
320
|
Sradha Bhakti
|
Desa Wonokerso
|
Probolinggo
|
321
|
Giri Natha
|
Desa
Cemarasari
|
Probolinggo
|
322
|
Mulyo Bhakti
Titi luhur
|
Desa
Cemarasari
|
Probolinggo
|
323
|
Bhrahma Loka
|
Desa Jalen
|
Probolinggo
|
324
|
Jati Luhur
|
Desa Ledok
Ombo
|
Probolinggo
|
325
|
Giri Winata
|
Desa Pojok
Kidul
|
Probolinggo
|
326
|
Bhakti Loka
|
Desa Talu
Nongko
|
Probolinggo
|
327
|
Pengabenan
|
Desa Ledok
Ombo
|
Probolinggo
|
328
|
Puja Giri
Sejati
|
Desa Ledok
Ombo
|
Probolinggo
|
329
|
Giri Kencono
|
Desa
Pandansari
|
Probolinggo
|
330
|
Dharma Bhakti
|
Desa
Pandansari
|
Probolinggo
|
331
|
Indra Loka
|
Desa Taji
|
Probolinggo
|
332
|
Guru Buwana
|
Desa Punjul
|
Probolinggo
|
333
|
Dharma Sasana
|
Turi
|
Lumajang
|
334
|
Pakel Sanggar
|
Pakel
|
Lumajang
|
335
|
Kenongo
Sanggar
|
Kenongo
|
Lumajang
|
336
|
Damar Sanggar
|
Oro Oro Ombo
|
Lumajang
|
337
|
Kembangan
Sanggar
|
Kembangan
|
Lumajang
|
338
|
Sidomulyo
Sanggar
|
Sidomulyo
|
Lumajang
|
339
|
Tatwa Widhi
|
Sidomulyo
|
Lumajang
|
340
|
Ki Saringgo
|
Candipuro
|
Lumajang
|
341
|
Mandara Giri
semeru Agung
|
Senduro
|
Lumajang
|
342
|
Kertayoga
|
Senduro
|
Lumajang
|
343
|
Kidemang
Tompokerso
|
Senduro
|
Lumajang
|
344
|
Argosari
|
Argosari
|
Lumajang
|
345
|
Pasung Duur
|
Argosari
|
Lumajang
|
346
|
Ulundanu
Ranupane
|
Ranupane
|
Lumajang
|
347
|
Petirtan
|
Watuklosot
|
Lumajang
|
348
|
Punar Bhakti
|
Burno
|
Lumajang
|
349
|
Asto Tunjung
Sari
|
Kandangan
|
Lumajang
|
350
|
Kiselo Gending
|
Kandangan
|
Lumajang
|
351
|
Kandang Tepus
|
Kandang Tepus
|
Lumajang
|
352
|
Sang Hyang
Kendari
|
Wonocempoko
Ayu
|
Lumajang
|
353
|
Sari Kemunging
Sanggar
|
Sari Kemuning
|
Lumajang
|
354
|
Becoro Sanggar
|
Pagowan
|
Lumajang
|
355
|
Kebonan
Sanggar
|
Kertosari
|
Lumajang
|
356
|
Ki Dipo Lecari
|
Kertosari
|
Lumajang
|
357
|
Gencono
Sanggar
|
Jambe Kumkum
|
Lumajang
|
358
|
Dadapan
Sanggar
|
Jambe Arum
|
Lumajang
|
359
|
Puja Dharma
|
Tunjungrejo,Kebondalem
|
Banyuwangi
|
360
|
Dharma Yasa
|
Ringintelu
|
Banyuwangi
|
361
|
Hyang Dharma
|
Sukorejo
|
Banyuwangi
|
362
|
Dharma Sasana
|
Yudomulyo,Sukorejo
|
Banyuwangi
|
363
|
Giri Sapta
|
Kedungagung,
Sambirejo
|
Banyuwangi
|
364
|
Bharata
|
Pasebon,
Sambirejo
|
Banyuwangi
|
365
|
Sapta Arga
|
Kedungrejo,
Sambimulyo
|
Banyuwangi
|
366
|
Dharma Marga
|
Sambirejo
|
Banyuwangi
|
367
|
Dewa Nugraha
|
Persen,
Selorejo,Temurejo
|
Banyuwangi
|
368
|
Tri Murti
|
Sumber
Jambe,Temurejo
|
Banyuwangi
|
369
|
Sapta Pamuji
|
Plaosan,
Temurejo
|
Banyuwangi
|
370
|
Yogaswara
|
Temurejo
|
Banyuwangi
|
371
|
Eka Dharma
|
Padangwulan,
Tegalsari
|
Banyuwangi
|
372
|
Sandya Sarana
|
Karangdoro
|
Banyuwangi
|
373
|
Giri Luhur
|
Blokagung,
Karangdoro
|
Banyuwangi
|
374
|
Bukit Amerta
|
Blokagung,
Karangdoro
|
Banyuwangi
|
375
|
Sabdo Mulyo
|
Sbk.Timur,Karangdoro
|
Banyuwangi
|
376
|
Laksana
Tunggal Dharma
|
Sbk.Barat,
Karangdoro
|
Banyuwangi
|
377
|
Sapto renggo
|
Kaligesing
|
Banyuwangi
|
378
|
Dharma Nirwana
|
Tugurejo,
Tegal sari
|
Banyuwangi
|
379
|
Setya Mulya
|
Tempurejo,Tegalsari
|
Banyuwangi
|
380
|
Natar Sari
|
Kaliwadung,
Kaligondo
|
Banyuwangi
|
381
|
Sandya Dharma
|
Selorejo, Kaligondo
|
Banyuwangi
|
382
|
Satya Dharma
|
Sumber Wadung,
Kaligondo
|
Banyuwangi
|
383
|
Madu Sesana
|
Krajan,
Kalibaru Manis
|
Banyuwangi
|
384
|
Agung
Blambangan
|
Krajan,
Tembokrejo
|
Banyuwangi
|
385
|
Santi Rahayu
|
Palurejo,Tembokrejo
|
Banyuwangi
|
386
|
Bodronoyo
|
Kumendung, Sumber
Sewu
|
Banyuwangi
|
387
|
Sumur Margo
Mulyo
|
Kumedung,
Sumber Sewu
|
Banyuwangi
|
388
|
Wahyu Bhakti
Sampurna
|
Krajan, Sumber
Sewu
|
Banyuwangi
|
389
|
Palukuning
|
Krajan, Sumber
Sewu
|
Banyuwangi
|
390
|
Astapaka
|
Palurejo,
Sumber Sewu
|
Banyuwangi
|
391
|
Mangku Jaya
|
Tegalrejo
Kradenan
|
Banyuwangi
|
392
|
Purwa Dharma
|
Perangan
Kradenan
|
Banyuwangi
|
393
|
Bhakti Dharma
|
Randu Agung
Kradenan
|
Banyuwangi
|
394
|
Giri Purwa
Wisesa
|
Gurahpecah
|
Banyuwangi
|
395
|
Trisno satya
Dharma
|
Gumukrejo
|
Banyuwangi
|
396
|
Satya Dharma
|
Ngadirejo
Bulurejo
|
Banyuwangi
|
397
|
Bhakti Yoga
|
Tambakrejo
Bulurejo
|
Banyuwangi
|
398
|
Satya Dharma
|
Nadimulyo
Bulurejo
|
Banyuwangi
|
399
|
Budhi Luhur
|
Bulurejo
|
Banyuwangi
|
400
|
Widya Samsara
|
Tempurejo,
Sidorejo
|
Banyuwangi
|
401
|
Satyam Wijaya
|
Gumukrejo,
Sidorejo
|
Banyuwangi
|
402
|
Purwa Widya
Samsara
|
Karetan Glagah
Agung
|
Banyuwangi
|
403
|
Boyong Dharma
|
Jatirejo,
Galagah Agung
|
Banyuwangi
|
404
|
Giri Mulyo
|
Curahjati,
Granjangan
|
Banyuwangi
|
405
|
Tri Buana
|
Sumberjati,
Granjangan
|
Banyuwangi
|
406
|
Widya Purnama
|
Sumbersari
|
Banyuwangi
|
407
|
Wahyu Dharma
Bhakti
|
Kedunen, Bromo
|
Banyuwangi
|
408
|
Amerta Bahwana
|
Amertasari, W.
Kebo
|
Banyuwangi
|
409
|
Dalem
|
Amertasari,
W.Kebo
|
Banyuwangi
|
410
|
Puseh
|
Patoman, Blm
Sari
|
Banyuwangi
|
411
|
Dalem
|
Patoman, Blm
Sari
|
Banyuwangi
|
412
|
Ngesti Dharma
|
Suberrejo,
Jambewangi
|
Banyuwangi
|
413
|
Puncak Gunung
Raung
|
Sumberasih
S.Arum
|
Banyuwangi
|
414
|
Asta Dharma
Bhakti
|
Umbulrejo,
Bagorejo
|
Banyuwangi
|
415
|
Anteng Dharma
|
Krajan,
Bagorejo
|
Banyuwangi
|
416
|
Widya Sasana
|
Kaliagung,
Kendalrejo
|
Banyuwangi
|
417
|
Tegal Arum
|
Sumberejo
|
Banyuwangi
|
418
|
Selo Giri
|
Sumber Mulyo
|
Banyuwangi
|
419
|
Niti Dharma
|
Sumber Luhur
|
Banyuwangi
|
420
|
Widya Karana
|
Bayetrejo
Wr.pitu
|
Banyuwangi
|
421
|
Purwa Dharma
|
Asembagus
P.Sari
|
Banyuwangi
|
422
|
Widya jati
Tali
|
Kalisari,
Purwasari
|
Banyuwangi
|
423
|
Widya Sasana
|
Kaliagung, Kendalrejo
|
Banyuwangi
|
424
|
Purwa Katon
|
Paluagung,
kendalrejo
|
Banyuwangi
|
425
|
Tirto Wening
|
Gempol Dampit
K.wungu
|
Banyuwangi
|
426
|
Swa Dharma
|
Krajan,
Kedunggebang
|
Banyuwangi
|
427
|
Giri Dharma
|
Damtelu,
Kedunggebang
|
Banyuwangi
|
428
|
Tirto Arum
|
Krajan
Kedungsari
|
Banyuwangi
|
429
|
Purwo Katon
|
Pondok
Asem,Kedungsari
|
Banyuwangi
|
430
|
Candra Dharma
|
Persen,Kedungsari
|
Banyuwangi
|
431
|
Giri Puspo
|
Persen,
Kedungsari
|
Banyuwangi
|
432
|
Suka Bhakti
|
Kaliwatu,
Kedungsari
|
Banyuwangi
|
433
|
Karsa Bhakti
|
Kaliwatu,
Kadungsari
|
Banyuwangi
|
Langganan:
Postingan (Atom)