Senin, 17 Februari 2014

Berlindung Pada Shastra



BERLINDUNG PADA SHASTRA

Para Kawi Wiku sering mengibaratkan dewa pujaannya, Shiwa, halus tak terpikirkan seperti teka-teki abadi. Sungguh mencengangkan bila kita renungkan, betapa pencarian panjang seorang kawi akhirnya menemukan Shiwa itu sebagai sebuah pertanyaan atau teka-teki, yang jawabannya tidak harus sama antara satu perenungan dengan perenungan Kawi lainnya. Dalam doa pemujaan pada awal sebuah kakawin sering terbaca doa seorang kawi agar sembah bhaktinya melalui karya sastra sampai di depan debu kaki dewa pujaannya. Kita boleh menduga barangkali doa mereka benar-benar sampai di depan debu kaki Pujaannya. Dan apa yang mereka kemudian dapatkan di depan debu kaki itu? Ternyata, sebuah teka-teki yang rumusannya mungkin seperti ini: ia yang tidak bisa dipikirkan (acintya) tapi karenaNya pikiran bisa berpikir.
Penemuan teka-teki abadi itu tentu saja tidak terjadi tiba-tiba atau mendadak. Maksudnya, sudah pasti ada banyak teka-teki lain di jagat ciptaanNya yang menggiring para Kawi sehingga akhirnya sampai pada teka-teki tentang penciptanya.
Memang seperti itulah konon rute perjalanan wisata batin mereka, dari misteri ciptaannya menuju misteri penciptanya. Dan seperti yang dapat direnungkan dari karya-karya para Kawi itu, kita sangat diyakinkan bahwa bukan jawaban teka-teki itu yang akhirnya menjadi penting, tapi ketika batin telah sampai pada teka-teki itu sendiri. Itulah misteri dari apa yang disebut sampai. Begitu sampai, tidak ada lagi tujuan, tidak lagi ada siapa yang mencari dan siapa yang dicari, tidak ada lagi pertanyaan dan jawaban, yang bertanya hilang dan jawabannya tidak ada. Itulah yang dinamakan Teka-Teki oleh para Kawi: Shiwa yang berbadankan Teka-Teki!
Tapi dalam Shastra ada juga teka-teki biasa, seperti yang sering kita mainkan ketika masih kanak-kanak, atau bahkan ketika sudah punya anak. Misalnya, teka-teki yang sudah umum diketahui yaitu teka-teki untuk menguji keunggulan batin Yudhistira, yang bunyinya seperti ini: apa yang lebih berat dari pada Bhumi? Jawabannya: Ibu! Apa yang lebih tinggi daripada Langit? Jawabannya: Ayah! Apa yang lebih banyak daripada rumput di dunia? Jawabannya: keinginan!
Selain dalam cerita, teka-teki Shastra juga ada dalam Tattwa. Misalnya teka-teki yang bunyinya seperti berikut ini. Kalau banjir berlindung ke Tanah Tinggi, kalau gempa berlindung ke Tanah Lapang, kalau angin ribut berlindung ke dalam gua, dan kalau batin kosong jiwa cemas pikiran kacau ke mana berlindung? Jawabannya, konon: berlindunglah ke Shastra. Bagaimana mungkin shastra bisa menjadi pelindung saat batin kacau-balau? Seperti penjelasan di atas, bukan jawaban itu yang penting, tapi bagaimana sampai pada shastra itu sendiri. Banyak orang yang puluhan tahun mempelajari shastra, tapi kenyataannya mereka tidak pernah sampai pada shastra. Karena shastra sejatinya bukan buku, bukan lontar. Shastra juga bukan huruf, bukan tulisan. Juga bukan bacaan, bukan teks, bukan wacana. Tapi shastra itu apa? Itulah soalnya. Hanya orang yang sudah sampai pada shastra tahu apa itu shastra. Logikanya, kurang lebih sama dengan apa itu asin. Hanya orang yang sudah makan garam tahu bagaimana rasa asin itu. Yang belum pernah makan garam tidak akan tahu seperti apa sebenarnya rasa asin itu. Ironisnya, orang yang sudah makan garam ternyata juga tidak akan bisa menjelaskan apa asin itu kepada orang yang belum makan garam. Shastra kurang lebih seperti itu. Maka diajarkan oleh para “mpu shastra” kata kunci seperti taki-taki dan utsaha, yang maksudnya agar orang berusaha terus pantang putus asa. Seperti tetes air melubangi batu, seperti udara dalam bambu menanti ada celah retakan yang akan menghubungkannya dengan udara di luar bambu.
Bagi orang yang bersungguh-sungguh, perjalanan menuju Shastra walaupun amat berat, akan dirasakannya seperti wisata batin. Karena pada setiap langkah ada keindahan baru yang memberi energi baru. Dan memang perjalanan menuju Shastra disebut mangasraya yang berarti perjalanan mencari perlindungan batin. Dan seperti disebutkan di atas, hanya bila telah sampai pada Shastra orang akan tahu macam apa perlindungan yang dijanjikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar